Viral Patung Biawak – Wonosobo mendadak jadi sorotan nasional bukan karena panorama alamnya atau keindahan Dieng Plateau, melainkan karena sebuah patung biawak yang viral di media sosial. Tapi ini bukan patung biasa. Dengan bentuk yang luar biasa detail, tekstur yang hampir menyerupai kulit asli, dan pose yang seolah hidup, patung biawak ini sukses membuat netizen mengira itu adalah hewan sungguhan yang sedang berjemur di pinggir jalan.
Mata awam akan mudah tertipu. Bahkan, beberapa warga yang melintas mengaku sempat ketakutan sebelum sadar bahwa yang mereka lihat bukanlah biawak hidup, melainkan karya seni luar biasa. Patung ini berdiri di sebuah ruang terbuka publik di sudut kota Wonosobo, dan sejak kemunculannya, tempat tersebut langsung ramai didatangi warga untuk berfoto. Tapi, ini bukan hanya soal viralitas. Ini adalah soal bagaimana sebuah karya seni lokal bisa menampar realita bahwa kreativitas tingkat tinggi tidak harus lahir dari kota-kota bonus new member.
Seni Lokal, Detil Global
Patung ini bukan asal-asalan. Seniman di balik karya ini, seorang pemahat lokal yang namanya mulai banyak di bicarakan, menciptakan patung tersebut dengan ketelitian ekstrem. Setiap sisik, garis di ekor, bentuk kuku, dan sorot mata dari biawak itu dibuat dengan sangat presisi. Bukan hanya bentuk tubuhnya, tapi juga posturnya—tergeletak santai di atas bebatuan, mulut sedikit terbuka, seolah sedang mengamati mangsanya—semuanya menunjukkan kepiawaian artistik kelas dunia.
Warna yang di gunakan juga tidak main-main. Gradasi hijau keabu-abuan dengan bintik-bintik gelap menyerupai kulit biawak liar di alam bebas. Bahkan, penggunaan cat khusus membuat permukaan patung tampak seperti lembap terkena embun. Ini bukan sekadar patung, ini ilusi optik tiga dimensi yang mengaburkan batas antara nyata dan imitasi.
Netizen Heboh, Warga Terbelalak
Sejak foto-foto patung ini beredar di media sosial, komentar demi komentar membanjiri berbagai platform. Banyak yang memuji, tapi tak sedikit pula yang menertawakan reaksi awal warga yang mengira patung itu benar-benar hewan hidup. Video yang memperlihatkan seorang ibu melompat mundur karena mengira ada biawak besar di trotoar menjadi viral dan memicu gelombang meme baru.
Namun di balik kehebohan itu, ada kebanggaan yang tak bisa di sangkal. Warga Wonosobo merasa karya ini membawa angin segar. Kota kecil yang selama ini di kenal karena alam pegunungannya, kini menjadi pembicaraan karena seni urban yang mencolok. Tidak sedikit warga yang datang khusus hanya untuk melihat patung itu secara langsung, membuktikan dengan mata kepala sendiri bahwa kehebohan ini bukan editan kamera.
Teguran Diam untuk Dunia Seni dan Pemerintah
Patung biawak ini sejatinya lebih dari sekadar karya seni. Ia adalah sindiran diam tapi tajam terhadap perhatian minim yang di berikan pada seniman daerah. Di tengah dominasi seni digital dan pameran elite di kota besar, seniman-seniman daerah nyaris tak di lirik. Tapi kali ini, tanpa subsidi pemerintah, tanpa sorotan media resmi, sebuah patung jalanan bisa menggemparkan dunia maya.
Ini juga menjadi tamparan bagi dinas pariwisata dan kebudayaan yang sering terlalu fokus pada program megah tapi minim dampak. Wonosobo tak butuh festival miliaran rupiah untuk jadi sorotan. Cukup satu patung biawak, di buat dengan sepenuh hati dan ketelitian, dunia pun melirik.
Antara Estetika dan Ketakutan
Meski sebagian orang mengagumi karya ini karena detail dan kemiripannya, ada pula yang mempertanyakan: apakah karya seni yang menakutkan publik bisa di anggap berhasil? Bagi sebagian warga, melihat patung yang sangat mirip hewan liar bukanlah pengalaman menyenangkan. Ada ketegangan, ada rasa tidak nyaman.
Namun justru di situlah kekuatan seni ini—ia memancing reaksi, menciptakan percakapan, dan menantang persepsi. Ia mengganggu ketenangan visual yang biasa-biasa saja. Seni yang baik seharusnya memang tidak hanya enak di pandang, tapi juga menggugah. Dan patung biawak ini, dengan semua kontroversinya, berhasil melakukannya dengan cara yang brutal tapi jujur.