
Pohon-pohon rindang menghijau, warna biru tosca terpendar dari laut berair jernih, hewan-hewan liar bebas kerkeliaran, kicauan burung, monyet berkeliaran, dan udaranyapun bersih. Itulah pulau Weh. Pulau Weh (atau We) adalah pulau vulkanik kecil yang terletak di barat laut Pulau Sumatra seluas 60 km². Menurut sejarah, pulau ini dulunya pernah terhubung dengan pulau Sumatra, namun kemudian terpisah oleh laut setelah meletusnya gunung berapi terakhir kali pada zaman Pleistosen. Pulau ini terletak di Laut Andaman. Hiu bermulut besar dapat ditemukan di pantai pulau ini. Selain itu, pulau ini merupakan satu-satunya habitat katak yang statusnya terancam, Bufo valhallae (genus Bufo). Terumbu karang di sekitar pulau diketahui sebagai habitat berbagai spesies ikan. Pulau Weh memang teramat sangat istimewa dan karenanya ditetapkan sebagai suaka alam.Terdapat empat pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh: Klah, Rubiah, Seulako, dan Rondo. Di antara keempatnya, Rubiah terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena keindahan terumbu karangnya. Rubiah menjadi tempat persinggahan warga Muslim Indonesia yang melaksanakan haji laut, sebelum dan setelah ke Mekkah. Secara administratif Pulau Weh dan 4 pulau kecil masuk dalam pemerintahan Kota Sabang. Pulau Weh tak terlalu luas, jadi untuk menjelajahinya tak perlu waktu lama. Banyak tempat-tempat indah dan menarik di pulau ini, dan ini yang membuat pelancong ingin berlama-lama di sini, seperti saya yang merasa perlu menginap 2 malam.
Menuju Pulau Weh. Beberapa waktu lalu Garuda & Wings Air terbang langsung dari Medan menuju Sabang. Tapi keduanya sudah beroperasi lagi. Cara mudah menuju Sabang dengan menyeberang menggunakan ferry dari pelabuhan Ulee Lheue menuju Balohan-Sabang. Pelancong dapat memilih ferry cepat dengan lama pelayaran 45 menit atau ferry lebih lambat 2 jam. Saya memilih KM Express Bahari kelas Executive dengan tiket 80 ribu sekali jalan.
Tempat menginap. Banyak tempat menginap di pulau ini yang terkonsentrasi di Kota Sabang dan Iboih. Saya memutuskan menginap di Iboih, yang berjarak sekitar 20 km dari Sabang, karena Iboih merupakan sentra turis. Penginapan di sini lebih banyak berupa homestay atau pondok-pondok semacam vila sederhana. Pilihan jatuh pada Olala dan menempati pondok yang berada di atas laut. Pondok dengan bangunan kayu ini langsung berhadapan dengan Pulau Rubiah. Pemandangan sungguh menakjubkan.
Untuk mencapai Olala, saya mesti berjalan kaki menyusuri jalan setapak dari tempat parkir mobil di tepi pantai Iboih. Jalan setapak itu sebagian sudah diperkeras dengan paving block, dan di beberapa bagian di atas tanah. Jalan setapak yang naik-turun ini lumayan untuk olah raga. Pilihan lain adalah dengan menggunakan boat yang disediakan hotel dari pantai Iboih (tempat parkir) menuju dermaga milik Olala.
KM Nol Indonesia. Tak ingin buang-buang waktu, selepas merapat di pelabuhan Balohan, saya langsung menuju KM Nol Indonesia, konon inilah obyek wisata wajib yang mesti didatangi. KM Nol berjarak 28 KM dari kota Sabang. Ada dua pilihan jalur menuju ke sana, yakni melintasi kota Sabang atau melewati pantai sisi selatan pulau. Selepas keluar kota Sabang, mata dimanjakan dengan pemandangan hijau di sisi jalan berpadu dengan pemandangan laut di sisi kanan. Kalau beruntung, pelancong akan bertemu dengan monyet-monyet atau biawak kecil yang melengkapi suara burung-burung. Jalanan sangat bagus meskipun kadang berkelok-kelok dan naik turun.
Tak banyak yang bisa dilakukan di sini. KM Nol termasuk cukup ramai dikunjungi pelancong. Pelancong lebih banyak menghabiskannya dengan berfoto. Pelancong juga dapat mengurus sertifikat yang menandakan telah menginjakkan kaki di wilayah paling barat Indonesia ini. Jangan lupa untuk mencicipi rujak buah khas Aceh di sini. Mirip dengan rujak buah di Jawa, hanya saja jambu batu digantikan dengan buah rumbiah.
View dari Krueng Raya. Pemkot Sabang banyak membangunan shelter untuk photo stop, berupa anjungan tinggi untuk mengambil gambar terbaik. Salah satunya di Krueng Raya ini. Waktu ideal adalah pada siang hari, dari sini pulau-pulau kecil terlihat dipadukan dengan warna laut biru kehijauan.
Gua Sarang. Tempat ini sebenarnya dikelola pihak swasta. Pelancong dikutip tiket masuk sebesar 5 ribu rupiah. Lokasinya sedikit di bukit, walaupun di tepi pantai. Gua berada di bawah, pengunjung perlu melewati jalan setapak untuk mencapainya. Tapi di sini juga menawarkan pemandangan sangat indah.
Danau Aneuk Laot. Inilah danau air tawar yang ada di pulau Weh. Danaunya tak terlalu luas dan sangat alami. Danau ini sangat sepi pengunjung, mungkin karena saat itu hari Jumat. Untuk mencapai pinggir danau, pemkot Sabang menyediakan jembatan apung.
Pantai Sumur Tiga. Sumur Tiga merupakan pantai indah yang terletak di gampong Ie Meulee, Pulau Weh. Pantai yang berpasir putih ini dikenal dengan panorama alamnya. Dinamai Sumur Tiga karena di pantai ini terdapat 3 sumur tua berair tawar. Pantai sumur tiga dilengkapi fasilitas pendukung seperti diving dan snorkling, sehingga tak heran bila pantai ini banyak diminati oleh wisatawan lokal maupun wisatawan untuk memanjakan diri di pantai ini. Pantai Sumur Tiga memiliki karakteristik yang berbeda dengan Pantai Iboih atau pun Pantai Gapang. Pasir di Pantai Sumur Tiga lebih putih berkilau bak kristal dan lembut meskipun airnya sedikit berombak. Panorama pantainya membentangkan laut biru dipadu angin sepoi yang menggerakkan nyiur di pinggir pantai.
Benteng Anoi Itam. Terletak di Gampong Anoi Itam, Kecamatan Suka Jaya ini merupakan satu-satunya benteng yang masih memiliki meriam, meski sudah buntung dan tak terawat. Di dalam kompleks ini terdapat enam benteng yang disusun mengikuti kontur tebing pantai dan perbukitan, membentuk seperti setengah lingkaran yang mengadap Selat Malaka. Selain tempat pengintaian, lokasi ini dulu digunakan sebagai tempat penyimpanan berbagai jenis senjata bagi para armada Jepang. Meski di tepi pantai, benteng Anoi Itam terletak di bukit dan tentu saja pemandangan di sekitar benteng tak kalah menakjubkan.
Pulau Weh memang sangat indah, jauh di atas ekspektasi saya. Pemkot Sabang juga sangat serius membangun infrastruktur pendukung. Jalan sangat bagus. Pelabuhan Balohan sedang dalam proses pembangunan ulang. Sebentar lagi pelabuhan khusus kapal pesiar juga akan beroperasi. Ayo ke Sabang…
Tips mengunjungi Sabang :
- Tidak angkutan umum untuk menjangkau tempat-tempat wisata ini. Jarak antara tempat-tempat tersebut berjauhan, lebih baik menyewa mobil untuk menjangkaunya. Satu hari cukup untuk menjangkau tempat-tempat tersebut.
- Pelancong dengan anak kecil lebih disarankan untuk menginap di Sabang dibandingkan Iboih.
- Gunakan pakaian pantas selama di Sabang. Untuk laki-laki muslim gunakan celana sepanjang di bawah lutut.
- Beberapa toko akan tutup pada Kamis malam sampai dengan setelah sholat Jumat.
Follow juga IG : jalanlagi7