Patung Biawak – Di sebuah sudut sepi di Kabupaten Wonosobo, tepatnya di lereng kaki Gunung Sindoro, berdirilah sebuah karya seni yang bukan main—seekor biawak raksasa, terbuat dari semen dan besi, tetapi memiliki kemiripan yang luar biasa dengan reptil sungguhan. Jangan salah, ini bukan hasil teknologi animatronik atau efek CGI. Ini adalah hasil tangan seorang seniman lokal yang obsesinya terhadap detail membuat siapa pun yang melihatnya mengerjap dua kali, bahkan mundur ketakutan.
Nama seniman itu Sugeng Prakoso, pria paruh baya yang dikenal eksentrik di kalangan warga sekitar. “Orang gila seni,” kata tetangganya slot depo 10k, sambil tertawa kecil. Tapi siapa yang bisa membantah kegilaannya? Patung biawak buatannya memiliki sisik yang tampak seperti bisa disentuh dan terasa kasar, matanya seolah mengikuti gerakanmu, dan lidahnya—oh, lidahnya—menjulur seperti siap menyergap.
Proses Gila di Balik Karya Gila
Sugeng menghabiskan lebih dari tiga bulan hanya untuk membuat tekstur kulit si biawak. Ia tidak menggunakan cetakan pabrikan atau alat berat. Tangannya sendiri yang menatah tiap sisik, mencetak garis-garis halus dengan pisau ukir dan pahat kecil. Cat yang digunakan pun tidak asal pilih. Ia meracik sendiri pigmen warna dari campuran cat air, debu tanah, dan arang bakar untuk menghasilkan warna yang “setengah hidup.”
Ia mengaku terinspirasi dari biawak yang sering berkeliaran di sekitar sawah tempat ia biasa mencari ilham. “Aku pengin orang ngerasain detak jantung pas ngelihat patung ini. Bukan cuma mikir ‘bagus ya,’ tapi ‘anjir, ini hidup bukan sih?’” katanya sambil tertawa getir slot bet 200.
Reaksi Gila dari Orang-Orang Biasa
Tidak sedikit warga yang menghindari patung itu karena merasa takut. Beberapa anak kecil bahkan menangis histeris saat melihatnya pertama kali. Namun, hal itu justru jadi magnet kuat bagi para pemburu konten dan wisatawan yang haus akan sensasi. Instagram penuh dengan unggahan selfie di depan biawak Sugeng, lengkap dengan caption “berani nggak deketin?”
Karya ini pun mengundang banyak pertanyaan. Apakah Sugeng hanya ingin menciptakan seni, atau sedang mengaburkan batas antara kenyataan dan ilusi? Yang jelas, patung biawak di Wonosobo ini bukan sekadar ornamen. Ia adalah pernyataan keras dari seorang seniman yang menolak untuk biasa-biasa saja.
Baca juga: https://jalanlagi.info/
Sugeng tidak menjual karyanya. “Kalau dijual, takutnya jadi pajangan biasa. Biar tetap di sini, biar terus bikin orang bingung.” Maka dari itu, kalau kamu berani, datanglah ke Wonosobo. Tapi hati-hati—jangan sampai kamu keliru dan menyentuh biawak yang ternyata masih bernapas.