
Jelang terbang ke Bengkulu, beberapa teman meninggalkan pesan atas status Facebook saya. ‘Ke Bengkulu?. Mau lihat apa?’. Pesan senada lainnya ‘Memang ada apa di sana?’. Ya, Bengkulu tampaknya masih belum masuk radar para pelancong, berbeda dengan Bangka & Belitung yang makin berkibar. Berada di pantai barat Sumatera, Bengkulu menjadi satu dari dua kota besar di sisi barat menemani Padang di Sumatera Barat. Dan bisa dikatakan Bengkulu menyendiri karena jarak ke Padang-pun cukup jauh. Meski demikian Bengkulu memiliki beberapa tempat menarik di Bengkulu yang layak untuk dikunjungi. Dan berikut beberapa di antaranya :
Bumi Rafflesia adalah julukan Bengkulu lainnya, di tempat inilah Bunga Rafflesia Arnoldi. Wisata Bengkulu mengusung tema Natural-Historical-Cultural. Bengkulu juga tidak lepas dari sejarah Republik ini, terlihat dari situs-situs sejarahnya.

Fort Marlborough atau Benteng Marlborough. Tak banyak yang tahu bahwa Inggris berada di Bengkulu selama 140 tahun, yakni dari 1685-1825. Benteng Marlborough yang dibangun di masa Gubernur Joseph Collet dengan tujuan untuk memperkuat pertahanan Inggris di pantai barat dari serangan VOC yang ingin menguasai Bengkulu (Kerajaan Selebar & Lemau) sebagai pusat perdagangan lada, cengkeh dan hasil hutan. Situs ini sekaligus menjadi pusat pemerintahan kolonial Inggris. Benteng masih kokoh dan terawat baik hingga sekarang. Beberapa ruangan juga dibuka untuk umum. Pengunjung juga diperbolehkan untuk naik di atap benteng, dan dari sana dapat menikmati pemandangan laut. Pengunjung dikenai biaya masuk sebesar 2.500 rupiah tanpa diberikan tiket. Situs ini wajib dikunjungi saat di Bengkulu.

Tak jauh dari Fort Marlborough terdapat Pantai Tapak Paderi yang disiapkan sebagai kawasan wisata lain di Bengkulu. Tapak Paderi dulunya adalah pelabuhan laut pertama di Bengkulu. Di tempat ini juga terdapat salah satu bunker peninggalan pendudukan Jepang. Bunker Jepang lainnya banyak ditemukan di kawasan lain di Bengkulu.

Rumah Bung Karno. Inilah tempat pengasingan Bung Karno kedua yang saya kunjungi setelah Bukit Menumbing di Bangka. Rumah yang tampat di gambar inilah yang ditempati Bung Karno selama pengasingan di Bengkulu. Dalam sejarahnya, rumah ini dulunya milik seorang pedagang Tionghoa bernama Lion Bwe Senga yang kemudian disewa Belanda untuk ditempati Bung Karno. Bangunan rumahnya sendiri tidak cukup besar tapi memiliki halaman luas di bagian depan dan belakang. Peninggalan Bung Karno tersimpan di situs sejarah ini, diantaranya tempat tidur, tempat kerja, sepeda kayuh, dan pernak-pernik lain. Berada di tengah kota, tepatnya di Jalan Soekarni Hatta, situs sejarah ini mudah dijangkau. Tidak jauh dari dari Rumah Bung Karno, terdapat Rumah Fatmawati istri Bung Karno. Bagi peminat sejarah Rumah Bung Karno sangat direkomendasikan.

Masjid Jamik Bengkulu. Peninggalan Bung Karno lainnya adalah Masjid Jamik Bengkulu yang hingga saat ini masih kokoh berdiri. Masjid ini diarsiteki dan dikerjaan pembangunannya oleh Bung Karno. Memiliki arsitek yang agak berbeda dengan masjid kebanyakan, masjid ini dibangun tanpa tiang penyangga. Menurut panduan wisata Dinas Pariwisata Bengkulu, masjid ini dulunya adalah mushola di bawah imam Sentot Alibasyah, sang panglima perang Pangeran Diponegoro. Sentot Alibasyah sampai di Bengkulu karena kejaran Belanda saat itu. Sebagai situs cagar budaya, masjid ini banyak dikunjungi pelancong sekaligus untu menunaikan sholat lima waktu atau sholat Jumat.

Pantai Panjang. Sesuai namanya, pantai ini diklaim sebagai garis pantai berpasir terpanjang se Indonesia, sekitar 7 km. Berada di sisi barat Kota Bengkulu, menjadikan tempat sempurna untuk menikmati sunset di Bengkulu. Pantai berpasir lembut dan landai sehingga pelancong dapat menikmati beragam aktifitas dari berjalan2, main volley pantai, naik sado. Pemkot cukup serius mengelola pantai ini, terlihat dibangunnya jogging track di bibir pantai. Pohon pinus dan cemara yang tumbuh rindang di antara pantai dan jalan ikut menambah keindahan kawasan pantai Panjang ini.

Danau Dendam Tak Sudah. Namanya unik. Entah legenda apa yang menjadikan danau ini dinamai seperti itu. Yang pasti, danau ini tidak jauh dari kota Bengkulu, hanya sekitar 7 km saja dan tidak terlalu tinggi. Tidak luas memang, tapi di danau ini tumbuh Anggrek Pesil (Vanda Hookeriana) yang hanya tumbuh di daerah ini. Kera ekor panjang juga menghuni kawasan sekitar danau. Pelancong juga dapat menikmati matahari terbit, biar sinar membuat permukaan danau berwarna merah menakjubkan.

Gorengan tempe, pisang, tahu itu sudah biasa. Apa jadinya kalau gorengan hasil laut? Gorengan udang, kepiting saya temui dijajakan oleh pedagang asongan di halaman Fort Marlborough. Tampak renyah dan enak bukan?
Oh ya, masih banyak tempat lain yang tidak sempat saya kunjungi seperti Tugu Thomas Park, Pemakaman Inggris, Makam Sentot Alibasyah, Pulau Tikus, kota Curup yang merupakan rumah buat spesies Rafflesia Arnoldi. Masih ada Bukit Kaba di Rejang Lebong dan juga Danau Mas Harun Bastari.
Atraksi budaya terkenal di Bengkulu adalah Festival Tabot yang diselenggarakan setiap 1-10 Muharam setiap tahunnya. Konon tradisi ini sudah berlangsung sejak 1685.
Welcome to Bengkulu.