November biasanya bukan musim ramai turis ke Bali. November juga bukan musim libur anak sekolah. Tapi tiket Garuda Jakarta-Bali menyentuh Y-Class (harga maksimum kelas ekonomi), padahal untuk keberangkatan bukan hari Jumat. Alhasil tiket sekali jalan mesti ditebus 1,7 juta rupiah. Tarif kamar hotel di kawasan populer (Kuta, Legian, Seminyak) tampaknya juga tak mengenal musim sepi (low-season) di November. Kuta di sore hari memang tetap ramai, tapi tidak terasa padat. Legian di malam hari tak terlalu hiruk pikuk, begitu juga dengan Seminyak hingga Petitenget. Beberapa ruas jalan di Tuban dan Kuta memang macet, tapi ini disebabkan perbaikan trotoar. Hal yang sama berlaku untuk makanan. Restoran & Cafe di kawasan populer semakin percaya diri untuk membandrol makanannya seperti halnya restoran fine-dining. Saya memilih makan di restoran lokal di tepi jalan Kartika Plaza. Menu utama (main course) dilabel mulai 75 ribu rupiah, itupun belum termasuk pajak restoran dan service sebesar 16%. Sementara fresh juice dihargai 30 ribu sebelum pajak & service. Liburan ke Bali terasa makin mahal, jadi tak salah jika sebagian orang Jakarta merasa lebih murah berakhir pekan di Kuala Lumpur atau Bangkok.