Anda yang sering bepergian ke Singapore tentu akan sangat mudah merasakan perbedaan antara Changi Airport & Soekarno Hatta International Airport(SHIA). SHIA yang pada tahun 2010 lalu telah menyalip Changi dalam hal jumlah penumpang terasa makin padat dan kurang fasilitas. Bandara lain yang lebih sibuk dari SHIA seperti Beijing Capital Airport, Hongkong Airport memiliki fasilitas penumpang jauh diatas yang dimiliki SHIA saat ini. Disamping kondisi terminal yang memang lebih bagus, bandara-bandara tersebut memiliki angkutan umum dari dan ke bandara lebih terintegrasi. Pertumbuhan penumpang SHIA yang mencapai 19% di dua tahun terakhir ini seakan tak mampu terkejar dengan kelayakan fasilitas pendukungnya. Dan inilah yang membuat SHIA tampak sangat padat dan semrawut.
Pada akhir 2011, SHIA sudah menjadi bandara tersibuk ke 12 di dunia dengan melayani 52.446.618 penumpang. Bandara tersibuk di dunia 2011 dipegang oleh Atlanta, Beijing, London Heathrow, Chicago, Tokyo Haneda, Los Angeles, Paris CDG, Dallas, Frankfurt, Hongkong, Denver dan SHIA di posisi 12. Bandara besar Asia di bawah SHIA adalah Dubai (13), Suvarnabhumi Bangkok(16), Changi (18), Guangzhou(19), Shanghai (21), Kuala Lumpur(28). Kendati sekarang tampak sesak semrawut, sebenarnya SHIA mencatat beberapa prestasi penting seperti pada Mei 2009, Forbes Traveller menyematkan penghargaan sebagai bandara paling tepat waktu nomor 6 pada angka 86,3%. Forbes Traveller.com kembali menobatkan SHIA sebagai bandara nomor 2 paling tepat waktu di dunia pada tingkat 89,2%. Dibandingkan bandara-bandara besar lainnya, SHIA memang sangat ketinggalan. Penyediaan fasilitas berkejar-kejaran dengan tingginya pertumbuhan penumpang. Grand design SHIA yang disiapkan PT Angkasa Pura 2 mungkin akan segera menjawab minimnya fasilitas itu. Apa saja?
Masalah utama SHIA adalah pada jumlah penumpang yang sudah melebihi kapasitasnya. Dulu, Terminal 1 sangat lengang sepeninggal tutupnya Adam Air. Terminal 1-A yang kemudian digunakan oleh Lion Air juga sudah tak mampu menampung pertumbuhan luar biasa penumpang Lion Air. Lion Air pun yang tadinya menggunakan Terminal 1A menambah Terminal 1-B bahkan sekarang juga menempati Terminal 3 untuk penumpang tujuan Denpasar dan sekitarnya. Tambahan penerbangan Citilink juga menjadikan kepadatan penumpang di Terminal 1C mulai terasa. Terminal 2 yang praktis dikuasai oleh Garuda (2E & 2F) kondisinya juga sangat padat. Untuk menutup kekurangan kapasitas ini, pihak pengelola mulai mengembangkan Terminal 3 mulai Juli 2012 ini. Dalam Grand Design akan ditambahkan terminal 4 sesudahnya.
Penambahan penumpang tentu saja sejalan dengan penambahan pergerakan pesawat. Kendati sudah memiliki 2 landasan pacu, antrian take-off & landing di bandara ini sangat terasa pada jam-jam sibuk. Pemandangan pesawat antri sebelum take-off sudah lumrah di bandara ini. Pengoperasian bandara 24 jam non-stop tak sanggup mengurangi kepadatan mengingat tidak semua bandara dalam negeri beroperasi 24 jam juga. Masih mengacu pada rencana induk, bandara ini akan ditambah 1 lagi landasan pacu baru.
Kepadatan penumpang juga disebabkan tata letak terminal yang ada. Ketiga terminal yang dimiliki terpisah satu sama lain sehingga perpindahan penumpang dari Terminal 1, 2 & 3 harus diangkut dengan shuttle bus. Kondisi perpindahan penumpang antar terminal ini juga mengakibatkan penumpang harus menghabiskan waktu lebih lama di area terminal. Pihak pengelola sepertinya paham benar akan hal ini sehingga nantinya ketiga terminal akan disambungkan di tengah-tengahnya. Di posisi center inilah akan ditempatkan stasiun bandara.
Akses ke bandara sekarang juga masalah tersendiri. Kemacetan bukan hanya terjadi pada akses menuju bandara tetapi sudah menjalar pada jalar bandara itu sendiri. SHIA adalah bandara besar yang belum memiliki jalur kereta dari kota bandara. Kabarnya jalur kereta bandara ini juga akan segera dibangun yang membuka akses kota ke bandara selain jalan tol yang ada.