Saat ini hanya ada 2 pabrikan pesawat yang mendominasi armada jet airline Indonesia, Boeing dan Airbus. Keduanya beradu populer bukan hanya di pesawat berbadan lebar tapi makin sengit di jenis pesawat berbadan sempit (1 lorong). Di kelompok pesawat berbadan besar, Boeing 747 Series bersaing dengan Airbus 340 & Airbus 330 Series. Di luar Indonesia, Boeing memiliki B747, B777, B787, sedangkan Airbus memiliki A330, A340, A380. Di kelas 1 lorong yang populasinya terbanyak, Boeing 737 Series sangat mendominasi. Keluarga B737 dimulai dari B737 Classic (B737-200/300/400/500), B737NG (B737-800 & B737-900). Di kelas ini Airbus memiliki penantang tangguh untuk menandingi Being 737 Series dengan Airbus 320 dan Airbus 320 Neo. Di keluarga A320 masih ada A318 dan A319. Dulu di kelas jet 1 lorong Fokker-28 & Fokker-100 sempat populer. Seiring bangkrutnya Fokker akhirnya pasar 1 lorong hanya didominasi oleh Boeing & Airbus. Namun tampaknya dominasi keduanya di kelas 1 lorong tampaknya akan segera berkurang dalam 2-3 ke depan setelah masuknya pesawat jet baru di kelas tersebut. Adalah Sriwijaya Air yang mengumumkan akan membeli 20 pesawat Embraer 190 (foto : embraer.com) dan SKY Aviation yang berencana membeli 10 Sukhoi SuperJet-100. Bahkan pertengahan Agustus 2011 ini, pabrikan pesawat lain, Bombardier, juga melakukan uji terbang Bombardier CRJ700 di Bandara Soekarno Hatta dalam upaya penawaran ke salah satu airline Indonesia (Garuda Indonesia). Dan awal Februari 2012, Garuda akhirnya memilih enam pesawat jet regional Bombardier Aerospace tipe CRJ1000 NextGen bermesin jet for six firm CF34-8C dari GE (General Electric). Perjanjian pembelian mesin pesawat bernilai sekitar 50 juta dolar Amerika Serikat itu disertai opsi pembelian 18 pesawat tambahan. Di waktu hampir bersamaan Merpati memilih membeli 40 jet 100 seater buatan China, ARJ21-700, dari AVIC int’l/COMAC. Sedangkan di kelas pesawat berbadan lebar dominasi Airbus & Boeing akan tetap kokoh mengingat tidak ada pabrikan besar yang membuat pesawat besar ini. Mengapa airline itu memilih jet-jet jenis baru ini?
Menurut pengakuan CEO Sriwijaya Air, Chandra Lie, pihaknya memilih Embraer 190 untuk menyesuaikan dengan strategi perusahaan, yaitu untuk pengembangan pasar baru tanpa henti di mana hal ini menjadi tidak ekonomis apabila menggunakan pesawat yang lebih besar. E190 Sriwijaya Air akan dilengkapi dengan 100 kursi dalam konfigurasi single-class. Maskapai ini mengidentifikasi kebutuhan armadanya atas pesawat 100-kursi untuk menggantikan armada yang berukuran kecil, mencapai tujuan ekspansi, menambah frekuensi baru di pasar domestik, serta merintis layanan nonstop terbaru di seluruh wilayah. Sriwijaya akan memaksimalkan konsep hub & spoke sehingga rute-rute pengumpan (feeder) akan dilayani jet lebih kecil ini, yang bisa beroperasi pada landasan lebih pendek. Dengan 100 kursi maka Sriwijaya bisa mengangkut penumpang lebih banyak dari bandara-bandara sekunder dibandingkan dengan pesawat propeller yang banyak digunakan airline lain (ATR72 atau MA60). Saat ini Sriwijaya belum menerbangkan pesawat pengumpan dari bandara-bandara kecil yang tidak bisa didarati pesawat sekelas B737 Series. Dengan Embraer 190 Sriwijaya dapat menerbangi bandara menengah untuk rute antar kota.
Embraer Specification (source : airlines-inform.com)
Dimensions |
E-190 |
E-190LR |
Length (m) |
36.2 |
36.2 |
Wingspan (m) |
28.7 |
28.7 |
Height (m) |
10.6 |
10.6 |
Weight | ||
Maximum take-off weight (kg) |
47 800 |
50 300 |
Maximum landing weight (kg) |
43 000 |
43 000 |
Operating empty weight (kg) |
28 080 |
28 080 |
Maximum zero fuel weight (kg) |
40 800 |
40 800 |
Maximum payload (kg) |
12 700 |
12 700 |
Standard fuel capacity (litres) |
16 250 |
16 250 |
Performance | ||
Range with max payload (km) |
3 200 |
4 200 |
Cruise speed (km/h) |
890 |
890 |
Maximum operating altitude (m) |
11 900 |
11 900 |
Take-off field length (m) |
1 890 |
1 890 |
Landing field length (m) |
1 260 |
1 260 |
Engines |
GE CF34-10E, |
GE CF34-10E, |
Cabin Data | ||
Passengers (1-class) |
98-106 |
98-106 |
Passengers (2-class) |
94-100 |
94-100 |
Cabin width (m) |
2.74 |
2.74 |
Dengan alasan mirip Sriwijaya, SKY Aviation yang memilih membeli 12 Sukhoi Superjet (SSJ) 100, pesawat ini tergolong sangat baru terbang komersial. Dengan Armada SSJ 100, Sky Aviation akan membuka rute-rute penerbangan antar kota di Kalimantan yang selama ini tidak dilayani serta untuk melayani masyarakat di pulau-pulau Sulawesi, NTT, Maluku dan Papua. SKY Aviation telah mempersiapkan sejumlah rute, baik domestik maupun rute regional dan internasional dengan pengoperasian pesawat SSJ 100. Pesawat SSJ 100 akan dioperasikan di rute-rute merata di Indonesia, dari Sumatera hingga Papua.
Sukhoi Superjet-100 Specifications (source : airlines-inform.com)
Dimensions |
SSJ-95 |
SSJ-95LR |
Length (m) |
29.8 |
29.8 |
Wingspan (m) |
27.8 |
27.8 |
Height (m) |
10.3 |
10.3 |
Weight | ||
Maximum take-off weight (kg) |
42 500 |
45 900 |
Maximum landing weight (kg) |
39 400 |
39 400 |
Maximum payload (kg) |
12 250 |
12 250 |
Performance | ||
Range with max payload (km) |
3 050 |
4 420 |
Maximum speed (km/h) |
950 |
950 |
Take-off field length (m) |
1 530 |
1 800 |
Engines |
PowerJet SaM146, |
PowerJet SaM146, |
Cabin Data | ||
Passengers (1-class) |
95-98 |
95-98 |
Economy seat pitch (cm) |
81.3 |
81.3 |
Cabin width (m) |
3.2 |
3.2 |
Nah, ternyata kedua airline ini akan menerbangkan pesawat jet baru ini untuk dapat melayani rute-rute pendek antar kota dengan bandara yang lebih kecil. Nah kini kita tunggu saja kedua jenis jet itu membelah langit Indonesia.