Ahaaa…Pedagang Kaki Lima juga banyak dijumpai di Madinah

Siapa bilang pedagang kaki lima (PKL) hanya monopoli Indonesia? Di Madinah PKL juga mudah dijumpai. Mereka biasanya menggelar dagangan di sekitar pintu keluar Masjid Nabawi dan di halaman di sela-sela hotel. Dagangan yang mereka jajakan juga aneka rupa, kebanyakan seputar oleh-oleh haji, mulai sajadah, mainan, jam tangan, pakaian, perhiasan, dan barang-barang unik lainnya. Sama seperti toko-toko lainnya di kawasan ini, mereka juga akan menutup dagangan sebelum adzan tiba dan bersiap mengikuti sholat meskipun di halaman masjid sambil tetap mengawasi dagangannya. Mereka rata-rata akan lancar mengucapkan harga dan beberapa kalimat dalam Bahasa Indonesia. Dan seperti halnya sejawatnya di Indonesia mereka juga mendapati problematika yang mirip-mirip juga. Apa saja?

Tibum yang sering datang. Rupanya ada juga tibum di Madinah. Sering saya mendapati mereka harus mengemasi dagangan secepat kilat dan terbirit-birit saat sang tibum datang. Sejatinya mereka tidak diperbolehkan berdagang di kawasan tertentu yang sangat dekat dengan halaman masjid. Hukum ekonomi yang bicara disini. Pembeli yang mereka bidik adalah jamaah yang baru saja keluar dari masjid. Tepat di depan pintu masjid menjadi tempat menggelar dagangan yang strategis. Untuk menghindari tibum ini para PKL ini selalu membawa troley sehingga dengan mudah melarikan diri dan dagangannya saat sang tibum datang. PKL-PKL itu juga tidak membawa dagangan dalam jumlah yang besar yang akan meyulitkan jika obrakan tiba.

Menawarkan dengan cara unik. Menarik perhatian adalah hal sangat penting bagi mereka. Ada saja ulahnya untuk menarik pembeli. Ada yang naik di bangku sambil melempar dagangan ke udara. Ada yang berteriak-teriak dengan meyebut harga yang sangat miring. Beberapa PKL dengan dagangan ringkas lebih memilih duduk di teras toko-toko dengan selalu siap siaga jika tibum datang. Rata-rata mereka hanya menggelar dagangan di lantai begitu saja.

Menawar boleh. Tidak afdol jika tak tawar menawar saat belanja di PKL ini. Tapi rata-rata mereka menetapkan harga pas. Seandainya bisa ditawarpun tentu jika membeli lebih dari satu per itemnya. Mereka juga tidak akan marah jika Anda menawar jauh di bawah. Justru tawar menawar wajib dilakukan jika belanja di kios-kios di dalam mal, sebab tidak semua toko menetapkan harga pas. Tidak usah ragu menawar sebab rata-rata mereka mengerti Bahasa Indonesia.

Anak-anak juga ikut jualan. Ternyata PKL tidak dimonopoli kaum dewasa, anak-anak pun ikut berjualan. Rata-rata mereka menawarkan mainan. Seperti laganya anak-anak, berjualan sambil bermain. Pedagang anak-anak ini jarang dijumpai di siang hari tapi selepas sholat Maghrib keberadaannya mulai kelihatan.

Dominasi barang-barang dari China. Saya amati barang-barang yang dijajakan para pedagang ini kebanyakan berasal dari China sehingga harganya relatif murah. Lupakan dulu kualitas, tetapi bagi saya sekualitas apapun barang-barang itu tetap saja murah. Barang-barang China ini sebenarnya cukup membantu meringankan pengeluaran jamaah. Bayangkan Anda cukup mengeluarkan 10 riyal untuk satu sajadah dengan kualitas tak terlalu jelek. Topi-topi haji dengan kualitas rendah bisa diperoleh dengan 2 riyal, bahkan akan lebih murah lagi jika beli 1 lusin.

Nah, jika sedang di Madinah ada baiknya menyempatkan melihat aksi mereka. Jika tak berbelanjapun, cukup terhibunr dengan aksi-aksi mereka.

Artikel terkait :

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s