Airline fenomenal yang harus berakhir tragis

Sempati Air
Sempati Air

Anda yang besar saat Orde baru mungkin masih mengingat Sempati Air. Kehadirannya begitu fenomenal. Dalam waktu yang singkat airline yang pesawatnya dibalut warna putih dengan logo warna ungu ini mampu menyodok urutan 2 setelah Garuda Indonesia. Didirikan pada Desember 1968 dengan nama PT Sempati Air Transport, Sempati memulai penerbangan perdananya pada Maret 1969 menggunakan pesawat DC-3. Sempati awalnya hanya menawarkan penerbangan charter bagi karyawan perusahaan minyak. Setelah melayani penerbangan reguler, Sempati Air membuka banyak rute domestik dan juga beberapa rute international. Menawarkan tiket murah dibandingkan Garuda, Sempati Air langsung memikat pengguna jasa penerbangan saat itu. Marketingnya juga hebat di jamannya. Sempati Air mengeluarkan program unik yakni Sandiwara (Arisan di Udara), yakni undian 2 tiket gratis setiap rute dan diundi di kabin pesawat saat mengudara. Penumpangpun juga dijanjikan ketepatan waktu dengan program on-time guarantee, yakni penumpang berhak mendapatkan kompensasi jika penerbangan tertunda lebih dari 2 jam. Kompensasi itu berupa voucher tiket yang bisa digunakan untuk penerbangan berikutnya. Disaat menikmati popularitasnya, Sempati Air-pun tak kuasa melawan krisis ekonomi dan akhirnya tutup sejak 5 Juni 1998.

Adam Air
Adam Air

Adam Air adalah penggalan kisah berikutnya. Dengan mengusung konsep penerbangan murah, airline dengan dominasi warna orange dan kuning itu mampu menguasai langit Indonesia dalam waktu singkat. PT. Adam SkyConnection Airlines didirikan oleh Sandra Ang dan Agung Laksono. Maskapai ini mulai beroperasi pada 19 Desember 2003. Menerbangi banyak kota di Indonesia keberadaannya sangat mencolok di setiap bandara yang disinggahi. Kru darat Adam Air didominasi pegawai-pegawai muda, segar dan enerjik dengan seragam yang berbeda dengan airline lainnya. Serentetan kecelakan penerbangan yang dimulai dengan satu pesawatnya nyasar hingga NTT hingga hilangnya Adam Air rute Surabaya Manado menjadi anti klimak kiprahnya. Kini Adam Airpun tinggal kenangan menyusul kakaknya Sempat Air.

Sempati Air dan Adam Air kini telah menjadi bagian sejarah penerbangan Indonesia. Banyak penumpang harus menyimpan kenangan dari keduanya, baik yang menyenangkan atau sebaliknya. Kenangan kelam bagi keluarga yang ditinggalkan dari kecelakaan Fokker 27 Sempati Air tujuan Bandung. Juga menyisakan mimpi buruk bagi keluarga korban hilangnya Adam Air Surabaya-Manado. Mengapa keduanya tumbuh sangat pesat tapi harus berakhir tragis?

  • Industri penerbangan termasuk industri padat modal sehingga kondisi keuangan perusahaan begitu vital untuk operasi. Begitu kondisi kas perusahaan bermasalah maka dipastikan akan mengganggu operasional penerbangan. Seringnya keterlambatan, gangguan teknis dan banyaknya kecelakaan merupakan indikasinya.
  • Well Regulated Industry. Untuk dapat beroperasi sebuah airline harus memenuhi regulasi baik dalam maupun luar negeri. Semua aspek termasuk pesawat, pilot, flight attendace, perawatan harus memenuhi kepatuhan akan aturan yang ada. Tidak mudah untuk tetap comply dengan aturan yang ada.
  • Pengalaman Operasional. Sebenarnya Sempati Air lahir dengan kecepatan tumbuh luar biasa, begitu juga dengan Adam Air. Saya sempat bangga saat melihat pesawat Sempati Air parkir di bandara Taipei tahun 1996. Adam Air juga langsung merajai penerbangan domestik. Sayang sekali pesatnya rute yang dibuka memerlukan manajemen operasi yang solid. Sayang sekali mereka perusahaan baru dan tentu saja masih tidak cukup pengalaman untuk mengelola operasi rute sebegitu banyak.
  • Learning Curve. Setelah beroperasi sebagai penerbangan reguler, baik Sempati Air atau Adam Air tumbuh sangat pesat sehingga tahapan awal perusahaan tidak dilalui dengan alamiah. Keduanya begitu cepat memasuki fase growth tanpa diimbangi kemampuan manajemen. Alhasil begitu operasional mulai bermasalah manajemen tidak mampu untuk mengatasinya. Airline-airline besar harus menempuh waktu panjang hingga besar, lihat sejarah panjang Singapore Airline, Cathay Pacific, British Airways, American Airline, dan lain-lain (pengecualian mungkin untuk Etihad Airline). Bagimanapun juga learning curve tetap diperlukan untuk industri ini.
  • Layanan yang unik. Kedua airline tersebut tumbuh cepat dengan iming-iming layanan tiket murah. Produk mereka gampang didupliaksi oleh pesaing dengan kondisi keuangan lebih kuat. Mereka tidak memiliki layanan khas lain selain tawaran harga miring itu. Begitu penumpang tidak puas dengan layanan tawaran tiket murah menjadi tidak berarti lagi.
  • Kualitas Manajemen. Manajemen di balik kedua airline merupakan manajemen keluarga yang secara empiris lebih rentan dari permasalahan internal. Buruknya kualitas menajemen ini terbaca dari kondisi operasional menjelang ambruknya keduanya. Sempati Air didera masalah keuangan dan efesiensi struktur biaya. Janji layanan tidak diimbangi dengan manajemen operasinal yang memadai. Alhasil Sempati Air harus mengeluarkan banyak biaya pengganti jaminan ketepatan waktunya. Sedangkan Adam Air dihadapkan sengketa kepemilikan yang berlarut-larut hingga membawanya ke ranah hukum. Sengketa ini berujung pada kondisi keuangan perusahaan dan menurunkan kualitas operasional. Masih ingat kabar media tentang pesawat Adam Air terbang tanpa radar atau perawatan pesawat disinyalir tidak dilakukan tepat waktu.

Meskipun tidak sefenomenal Sempati Air dan Adam Air terdapat airline lain yang harus berhenti terbang dengan alasan berbeda. Mandala Air mengirim kabar mengagetkan awal tahun 2010 dengan menyatakan berhenti operasi setelah sebelumnya memiliki rencana bisnis yang mengesankan. Star Air harus mengandangkan pesawatnya karena tak kuasa menahan dampak krisis ekonomi dan melambungnya harga minyak dunia. Star Air dikenal dengan pesawatnya yang sangat bersih. Air Paradise juga terpaksa menutup rute-rute dari dan ke Balinya sebagai dampak Bom Bali. Bouraq yang begitu legendaris juga harus mengakhiri kisahnya di industri penerbangan Indonesia. Semoga saja kisah airline-airline itu menjadi pelajaran berharga bagi airline Indonesia yang sedang tumbuh seperti Lion Air, Citilink, Sriwijaya Air dan Indonesia Air Asia.

Rekomendasi link lain :

Berminat mendiskusikan hal ini? Silakan isi komentar di bawah.

Satu respons untuk “Airline fenomenal yang harus berakhir tragis”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s