Jumat pagi, 17 Juli 2009, Jakarta kembali diguncang ledakan bom. Tepatnya di kawasan Mega Kuningan di JW Marriot & Ritz Carlton (foto: detik.com). Jatuh korban jiwa baik warga Indonesia maupun warga Asing. Seperti ledakan sebelumnya, bom kali ini juga menyasar kepentingan dan simbol-simbol Barat (Amerika). Bom meledak menjelang kedatangan Manchester United ke Indonesia. Bom ini seakan menjadi episode lanjutan dari Bom Bali, Bom Kuningan, Bom Kedubes Australia yang telah mengguncang Indonesia sebelumnya. Industri wisata Indonesia kembali mendapat tantangan berat, tapi akankah pengaruhnya sebesar/selama bom Bali 1?
Kabar ledakan bom ini secepat kilat menyebar seantero jagad karena kemampuan teknologi informasi, dampaknyapun menyebar dan tanpa bisa dikendalikan lagi. Issue keamanan Indonesia kembali menyeruak setelah sekian tahun relatif aman. Kedatangan MU ke Indonesia sebagai pertanda betapa amannya Indonesia belakangan ini. Issue keamanan diperkirakan akan kembali menyulitkan Indonesia dalam berbagai sektor, ekonomi, investasi, dan industri wisata. Dan terbukti, 6 jam setelah kejadian Manchester United (MU) memastikan pembatalan datang ke Indonesia untuk pertandingan persahabatan.
Sejatinya industri wisata Indonesia tetap menunjukkan sinyal positif sepanjang 2009 ini, kendati harus berhadapan dengan krisis global dan isu swine flu. Arus kunjungan wisata hingga Mei masih menikmati pertumbuhan ditengah negara tetangga bertumbuh minus. Kabar bagus juga datang dari Uni Eropa yang secara resmi telah mencabut larangan terbang untuk 4 maskapai Indonesia, termasuk Garuda dan Mandala. Airline asing makin atraktif membuka rute ke Indonesia. Hajatan pemilu (pileg & pilpres) berlangsung damai. Bom Marriot & Ritz Carlton menjadikan seakan semua kabar bagus itu menjadi tidak berarti, atau setidaknya menghambat laju pemulihan perekonomian Indonesia, dan juga industri wisatanya.
Korban telah berjatuhan dan mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah. Dampak selanjutnya sudah didepan mata. Country Risk cenderung turun, berimbas pada sektor ekonomi. Bagaimana dengan respon sektor finansial? Bom kali ini meskipun awalnya direspon negatif oleh pelaku pasar di BEI dengan minus 55 point namun pelaku pasar tampaknya berusaha optimis sehingga indeks bisa pulih dalam waktu cepat, posisi 10.30 WIB index mulai positif, kendati kembali melemah sesudahnya. Posisi nilai tukar Rupiah juga relatif stabil di 10.175 per dollar Amerika. Harapannya, semoga pelaku bom dapat segera ditumpas, dan pemerintah dapat secepatnya memulihkan keamanan dan kepercayaan. Karena bagaimanapun juga penanganan kasus ini berimbas pada berbagai sektor Indonesia.
Kembali menengok kejadian Bom Bali-1 lalu, dampaknya begitu berat dirasakan oleh industri wisata Bali, perlu waktu sangat lama untuk bangkit. Pembatalan kamar besar-besaran terjadi paska kejadian itu, hingga beberapa kosong mengalami penurunan tajam tingkat huniannya. Satu atau dua minggu ke depan saya perkirakan pembatalan juga akan menimpa hotel-hotel di Indonesia, dan jelas-jelas memukul industri yang baru saja pulih itu. Yang lebih ditakutkan lagi adalah kemungkinan keluarnya travel warning oleh negara-negara pemasok turis. 6 jam setelah ledakan bom Marriot & Ritz Carlton ini, Pemerintah Australia menegaskan kembali Travel Warning untuk berkunjung ke Indonesia. Jika negara-negara lain mengikuti jejak Australia maka akan menjadi mimpi buruk bagi industri wisata Indonesia. Hanya kecepatan dan keseriusan pemerintah dan pihak keamanan dalam menyelesaikan kasus ini yang mampu menghambat keadaan semakin buruk.
Bagi saya siapapun orangnya, apapun agamanya, apapun motivasinya pelaku bom adalah orang-orang yang tidak beradab, tidak berperi-kemanusiaan dan juga tidak memiliki nasionalisme.
Michael Jackson pergi dengan meninggalkan lagu “black and white” nya, mengingatkan kita bahwa kita semua sama. Tidak ada muslim ataupun nasrani, tidak ada apapun namanya perbedaan yang perlu dipertentangkan. But…….who the hell are you guys???????????