Akankah kasus Manohara dapat mengurangi kunjungan turis Indonesia dan Malaysia?

Copy of Petronas01Publik tanah air belakangan ini diramaikan dengan kasus Manohara yang lepas dari keluarga kerajaan Kelantan Malaysia. Masalah yang seharusnya menjadi ranah pribadi ini akhirnya menyeret publik. Media massa baik koran dan TV meletakkan kasus ini dengan porsi cukup besar sehingga mampu menyita perhatian publik cukup jauh. Ada kekesalan dan menjalar pada nasionalisme. Media massa Malaysia juga mewartakan kasus ini, tentu dengan pro dan kontranya. Padahal, Malaysia dan Indonesia sebenarnya memiliki hubungan sangat dekat, bukan hanya hubungan pemerintah tetapi juga masyarakatnya yang saling mengunjungi antar kedua negara. Banyak turis Malaysia yang berlibur di Indonesia, dan juga sebaliknya. Tapi, akankah kasus ini dapat memengaruhi industri wisata kedua negara?

Dalam sejarah hubungan kedua negara sebenarnya sering diwarnai riak-riak yang mengganggu. Dulu sebelum jaman ORBA, pemerintah Presiden Soekarno pernah menyerukan gerakan Ganyang Malaysia. Namun sesudahnya riak-riak lainpun juga terus terjadi. Seperti masalah TKI, perebutan teritorial (terakhir kasus Ambalat), permasalahan klaim Malaysia atas budaya asli Indonesia seperti reog Ponorogo, klaim Malaysia atas batik, dan masih banyak lagi. Kasus lain adalah pelarangan lagu-lagu Indonesia oleh pekerja seni di Malaysia. Sejauh ini gangguan-gangguan itu tidak sampai menyulut pada permusuhan antar pemerintah dan tidak menyeret pada permasalahan lebih serius.

Kasus Manohara jika tidak sampai merembet pada perselisihan antar pemerintah, saya perkirakan tidak akan mengganggu hubungan Indonesia Malaysia lebih luas. Masyarakat kedua negara cukup terbiasa dengan gangguan-gangguan seperti itu. Dan seandainya ada pengaruh kunjungan turis antar kedua negara saya perkirakan tidak cukup signifikan dan itupun tidak berlangsung lama. Dan jika kasus ini melebar menjadi kebencian antar masyarakat kedua negara sebenarnya tidak hanya Indonesia yang rugi, Malaysia jauh lebih rugi karena cukup besarnya angka kunjungan turis Indonesia ke Malaysia.

Adalah wajar jika masyarakat kedua negara terbawa emosi, dan hal ini lebih disebabkan untuk menjaga martabat bangsa dan sikap nasionalis masing-masing. Saya sendiri tetap berharap kasus ini disikapi sesuai porsinya. Reaksi yang berlebihan angka merugikan keduanya. Jika kasus ini berada pada tataran hukum, biarlah hukum menyelesaikannya. Jika ini hanya masalah keluarga biar diselesaikan antar keluarga. Keharmonisan hubungan kedua negara dalam jangka panjang akan lebih penting bagi keduanya. Kita lihat saja perkembangan kasus Manohara ini, kemanakah akhirnya akan berujung.

4 respons untuk ‘Akankah kasus Manohara dapat mengurangi kunjungan turis Indonesia dan Malaysia?’

  1. Saya setuju yang terakhir, berita Manohara lebih memiliki nilai jual dibandingkan TKI, jadi media lebih gencar mewartakannya. Apalagi pihak yang terlibat orang kelas menengah atas. Ehm…

  2. Masih ingat jargon pers jaman dulu “Berita itu setajam pedang”?
    Nah inilah representasinya. Menurut saya sebenarnya gak ada apa-apa di kasus ini. Tengoklah nasib para TKI kita baik itu di Malaysia maupun di negara lain, bahkan jauh lebih memilukan, bukan? Tapi kenapa media tidak meliput secara gencar? Apa karena TKI gak secantik Manohara? Apa karena Diasy, ibunya, tidak seagitatif LSM kita? Yang jelas, TKI tidak punya nilai jual semenarik Manohara. That’s way…

  3. Manohara oh Manohara.
    Mengapa media-media meng-ekpos ini begitu seru? Sebegitu reaktif? Gw setuju dengan Anda, ini hanya akan berlangsung sesaat dan tidak ngaruh pada turis2 Malay datang. Kecuali para politikus memanfaatkan isu ini, akan panjang dech urusan….

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s