Pagi itu, di akhir Desember 2003, matahari baru bangkit beberapa galah tingginya, tapi tepian Mahakam sudah menampakkan denyut kehidupannya. Kapal-kapal kayu sudah menepi dan berderet rapi di sepanjang dermaga, sementara penumpang sudah tampak lalu lalang diantara bongkar muat barang. Dan sayapun sudah ada disana, di tepi Mahakam dan berada diantara kehidupan mereka, berada pada kapal yang akan mengantarkan ke tujuan saya. Dan setelah menunggu beberapa jam, tepat jam 9 pagi, kapal kayu dua lantai yang saya tumpangi mulai bergerak meninggalkan dermaga di kawasan Sei Kunjang Samarinda itu.
Tak ada yang saya kenal diantara penumpang-penumpang itu, dan sepertinya diantara merekapun juga tidak saling kenal. Saya duduk diantara mereka, diantara beragam muatan, orang dan barang. Awalnya saya seakan menjadi orang lain, tapi tak lama berselang sayapun sudah merasa menjadi bagian dari mereka, kebekuanpun melumer. Mungkin ini karena kesamaan tujuan yang mengakrabkan kami. Kapal bergerak pelan, dan perlahan pelabuhanpun terlihat samar, dermaga tampak mengecil dan akhirnya menghilang berganti pemandangan rumah-rumah panggung penduduk. Saya alihkan pandangan ke kanan, warna hijau pepohonan tampak lebih mengikat mata saya. Akhirnya saya benar-benar telah meninggalkan Samarinda disaat tak tampak lagi rumah-rumah panggung itu.
Cuaca yang ramah ikut mengantar saya menuju ke hulu. Arus sangat tenang dan mataharipun tidak terlalu terik. Dalam hati saya bergumam, ‘Ah, akhirnya kesampaian juga rupanya’. Memang, saya sudah lama memimpikan bisa menyusuri Mahakam yang konon merupakan sungai terbesar di negeri ini. Tentu saja keceriaan saya membuncah saat itu. Ketenangan Mahakam membuat pikiran mengembara liar entah kemana, saya seperti berada di dunia berbeda. Saya alihkan perhatian untuk merekam kehidupan di tepian Mahakam. Sesekali terlihat kapal pengangkut kayu dan ponton batubara melaju dari arah hulu. Juga bersimpangan dengan kapal barang dan penumpang lain. Diantara raungan bunyi mesin kapal seakan saya malah merasakan tenang dan damai.
Arus Mahakam tetap bersahabat di hampir separuh perjalanan ke Tenggarong, ibukota kabupaten Kutei Kertanegara. Dan saat penggal akhir harus dilalui, barulah Mahakam mulai menampakkan keloknya yang menawan, meski ini menjadikan laju kapal sedikit melambat. Jelang melintasi jembatan kuning (Golden Gate-nya Tenggarong), tampaklah pulau Kumala, pulau mungil di tengah Mahakam yang dijadikan obyek wisata. Kemudian kapal kayu itu mulai mengurangi lajunya. Saya sudah semakin dekat Tenggarong, saya harus berlabuh di sini sebelum kapal itu sendiri sampai tujuan akhirnya, Melak.
Ada sedikit kehilangan saat keluar kapal dan menaiki dermaga kayu. Sesaat tetap kubiarkan saya berdiri di tepi dermaga itu, untuk tetap menikmati Mahakam. Sekali lagi, kudapati pemandangan yang serupa. Ada yang datang ada yang pergi. Aku sama sekali tak memedulikannya. Tenggarong bukan tujuan akhir kapal itu, dan sayapun tetap didermaga hingga kapal itu bergerak meninggalkan Tenggarong dan seakan menghilang bersembunyi dibalik bukit kecil.
Saya sebenarnya masih ingin berada di kapal itu dan tetap berada diantara mereka, menuju hulu bersama-sama. Suatu saat nanti saya tetap ingin untuk sampai ke hulu, menikmati hulu Mahakam. Mungkin di ujung sana, Mahakam akan lebih indah dengan kelokan-kelokan, dan hijau hutan disisinya. Meskipun hanya menumpang kapal kayu, bukan kapal pesiar untuk wisata, namun saya tetap dapat menikmatinya pelayaran singkat itu.
Kini setelah 5 tahun berselang, saya belum juga bisa kembali menengok Mahakam. Hanya kabar beberapa media, tepian Mahakam di kota Samarinda sudah lebih tertata, sedangkan di Samarinda seberang masih seperti dulu. Saya hanya sedikit kuatir, banjir yang rajin mampir Samarinda akan membuat Mahakam menjadi lebih kumuh. Tapi diluar itu semua, ternyata keindahan Mahakam sudah mulai diminati pelancong asing. Mahakam yang merupakan satu diantara sungai besar di Indonesia menyimpan daya tarik industri wisata di Kalimantan Timur, dan sangat layak untuk ditawarkan kepada turis asing. Beberapa travel biro dari Balikpapan, Bali dan Jakarta telah memasarkan paket East Borneo yang diantaranya dengan cruise sepanjang Mahakam. Paket tour Mahakam dikemas dalam 3 dan 5 hari yang disamping cruise menyusuri Mahakam juga dipadukan dengan obyek wisata alam dan budaya lainnya, seperti kehidupan suku Dayak, peninggalan kerajaan di Tenggarong, dan wisata hutannya.
Jadi sekarang menikmati Mahakam menjadi lebih mudah bukan? Coba tengok paket 5 Days Mahakam River Tour yang ditawarkan oleh adventure-borneo.com berikut :
Day 1, ARRIVAL – LOAJANAN – MAHAKAM
On arrival at Sepinggan Airport Balikpapan, meeting services than transfer by private car AC to Loajanan , on the way to the houseboat m, stop at Batuah Village to see the White and Black Papper plantation. Upon arrival board to houseboat and immediately cruise up the Mahakam river for Muara Muntai. Meals & Overnight on the boat.
Day 2, MUARA MUNTAI – MANCONG – MELAK
Early morning arrive at Muara Muntai Village , after breakfast short sight seeing to see the local market and local people daily activities. Proceed to Jempang Lake , where here you might to see the bigger fisherman village Jantur. If the water level permit, we might entering the Ohong river by passing the floating fishermen house and see the proboscis monkeys and long tail monkeys on the tree. Arrive at Mancong village, a welcome ceremony will be held by the Chief of Dayak and following by traditional dances with his people (on rquest). Afternoon return to the house boat and continue the trip to Melak. B, L, D
Day 3, MELAK–PEPAS EHENG – KERSIK LUWAI – GEMURUH – TERING
After breakfast drive to Pepas Eheng to see the Tunjung Dayak Banuaq and here you will see the Dayak still living together in one big long house with more than hundred people and they are still made their traditional handcraft as like Rattan basket and statue. Afterwards, drive to Kersik Luway to observe the Nature of Black Orchid Forest. Return to the houseboat for having lunch, and then transfer by motorized canoe entering the small river for Gemuruh Village passing under the tropical rain forest tree. In this small village you will see a small Dayak Tunjung community and afternoon return to the houseboat and cruise up the river for Tering. B, L, D
Day 4, TERING – DATAH BILANG – LONG HUBUNG – TENGGARONG
Morning arrive at Tering Baru, transfer by speed boat cruise up the river to Long Hubung Village and on the way made a stop at Datah Bilang to see the Dayak Kenyah Ornament typical of Long House. Arrive at Long Hubung a welcome Ceremony of Dayak Bahau and following by performances of their traditional Dayak Hudoq Dancing by using the Banana’s leaf asking the rain and protect their rice field from the bad animal so that the villager get a good harvest. Afterwards cruise down the river for Tenggarong. B, L, D
Day 5, TENGGARONG – BALIKPAPAN – AIRPORT
Early morning arrive at Tenggarong, after breakfast visiting the Mulawarman Museum to see the Sultan’s Kutai Kartanegara collections and see the oldest Kingdom in Indonesia . Afterwards drive to Balikpapan by private car and proceed to Sepinggan airport for your onward flight to next destination. B, L
Paket East Borneo lainnya :
- Urang Utan Tour
- Derawan Tour
Mahakam dapat dijangkau dari :
- Darat dari Balikpapan, Banjarmasin, Berau, Bontang
- Udara via Balikpapan (tersedia penerbangan dari Jakarta, Surabaya, Jogjakarta, Manado, Banjarmasin, Berau, Palu, Makassar, Bali (via Jogja atau Makassar), dan Singapore (Silk Air).
Artikel Terkait:
- Mahakam River taken from indonesia.travel
- Menanti eksotisme Kapuas
- Artikel Terbaru klik ‘Home’
whewww. Since my father said “we’re going to move to Samarinda before Lebaran.” Hahhaha. Hilang deh rencana planning kumpul sama temen SBM dan UI buat main2 di medan, pdhl aku dah setahun gak kesana, dan udh bikin plan jalan-jalannya. Which means gak akan ke Penang or singapore lagi. . . tapi abis liat blog nya Pak Toto, seru juga nih kayaknya jalan-jalan disana, walaupun gak ama temen2 asal medan itu. Hahaha. Kalo ada more photos nya Pak Toto upload dunks pak… Thanks… a lil bit semangat lagi nih jadinya