Gejolak politik di Thailand, inikah ‘blessing in disguise’ bagi Indonesia?

thailand-demoThailand kembali bergolak. Demo anti pemerintah akhir Maret 2009 berujung pada pembatalan ASEAN Summit di Pattaya yang dijadwalkan 11 April 2009. Penentang pemerintah kali ini adalah pendukung mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra (berkaus merah seperti di gambar yang diambil dari DW-World.de). Demo kali seakan menjadi jilid lanjutan dari demo sebelumnya yang menggulingkan PM Thaksin saat itu, berlanjut pada demo yang menggulingkan PM Somchai Wongsawat melumpuhkan bandara Svarnabhumi. Berita penutupan bandara itu menjadi berita internasional karena banyak warga Negara asing yang terjebak di bandara tersebut. Demo kali ini, tidak lebih sebagai balasan atas demo-demo sebelumnya karena dilakukan kelompok berlawanan (pro Thaksin). Kalau demo Nov 2008, benar-benar membuat anjlok industri wisata Thailand, bagaimana dengan demo kali ini?

Setelah ASEAN Summit gagal total, pemerintah Thailand bertindak tegas dengan mengerahkan militernya. Minggu 12 April 2009, pemerintah Thailand mengumumkan keadaan darurat. Berita yang dilansir dari media international, demo sudah mulai mengarah pada kekerasan. Senin, 13 April 2009, Royal Plaza, pusat perbelanjaan dekat kantor PM ditutup. Telah jatuh korban jiwa atas demonstrasi kali.

Demo ini dipastikan akan kembali menghantam industri wisata Thailand yang sedang berusaha pulih dari dampak demo anti Thaksin sebelumnya. Bukan hanya wisata yang terpengaruh, investasi asing ke Thailand diperkirakan akan mengalami guncangan, apalagi disaat arus investasi dalam tren penurunan imbas krisis global. Ekonomi Thailand yang diperkirakan mengalami kontraksi -2% yahun ini, akan memasuki masa-masa lebih sulit. Bahkan 3 hari setelah gagalnya ASEAN Summit, lembaga rating international seperti Moddy’s dan Standard & Poor sudah berencana menurunkan peringkat investasi Thailand.

Sektor wisata telah menjadi salah satu tulang punggung ekonomi utama Thailand saat ini. Betapa tidak, dalam 6 tahun terakhir menurut data dari Tourism Authority of Thailand (TAT), Thailand selalu dikunjungi lebih dari 10 juta turis asing per tahun (bandingkan dengan Indonesia yang tahun lalu hanya dikunjungi 6,4juta turis asing). Puncaknnya terjadi pada tahun 2007 sebesar 14,46 juta, kemudian turun tahun lalu (perkiraan 13 juta) yang diantaranya karena penutupan bandara itu. Hingga 14 April 2009, beberapa negara telah mengeluarkan larangan atau himbauan tidak bepergian ke Thailand seperti Singapura, Canada, Australia, Inggris, Hongkong, Rusia, Filipina, Malaysia dan Korea Selatan. Hampir semua negara yang telah mengeluarkan travel warning tersebut merupakan negara penyumbang turis ke Bali. Ya ini benar-benar peluang Indonesia untuk menarik turis-turis yang batal ke Thailand, meskipun harus bersaing dengan Malaysia, Singapura dan Hongkong.

Apakah ini blessing in disguise buat Indonesia? Sejujurnya saya sendiri tidak terlalu setuju kalau kekacauan politik di Thailand dianggap sebagai berkah buat Indonesia. Bagaimanapun juga Thailand adalah negara sahabat kita dan memiliki hubungan baik dengan Indonesia dalam banyak bidang. Saya lebih senang menggunakan kata peluang untuk menggantikan kata berkah tersebut. Memang, terbuka peluang atas gejolak di Thailand, terutama untuk menarik investasi asing dan mengalihkan tujuan turis-turis yang membatalkan liburannya di Thailand.

Sedikit kilas balik, ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Dulu, saat Pattaya dan sebagian pantai Thailand porak poranda terkena tsunami, Bali mendapatkan limpahan turis yang tadinya akan berlibur tahun baru di Pattaya. Limpahan turis itu sebagian berasal dari Rusia, dan ternyata kunjungan turis Rusia ke Bali terus meningkat hingga kini. Saat Bali diguncang Bom Oktober 2002, Thailand diuntungkan dengan limpahan turis dari Bali, bahkan Thailand gencar melakukan promosi setelah kejadian itu. Saat industri wisata Thailand anjlok gara-gara demo anti Thaksin, banyak turis Asing yang mengalihkan ke negara-negara sekitar seperti Malaysia, Singapore dan Indonesia. Di sektor wisata ini keterkaitan Thailand dan Indonesia memang makin kuat belakangan. Banyak turis yang masuk ke Bali merupakan lanjutan dari Thailand, dan begitu juga sebaliknya. Industri wisata ASEAN sudah mengarah pada integrasi kawasan.

Sebagaimanan saat tsunami, limpahan turis Rusia yang tadinya akan merayakan tahun baru Thailand dapat dialihkan ke Bali, dan mereka menjadi lebih mengenal Bali dan rutin mengunjungi Bali. Siapa tahu, diantara turis limpahan ini akan menjadi jadikan new market terutama bagi mereka yang baru pertama mengunjungi Indonesia. Sebagai negara sahabat, dalam menarik peluang tersebut sebaiknya tetap dilakukan dengan cara elegan dan tetap menghargai kesulitan Thailand saat ini.

2 respons untuk ‘Gejolak politik di Thailand, inikah ‘blessing in disguise’ bagi Indonesia?’

  1. Info terakhir kondisi Bangkok,
    Pertengahan Mei lalu saya kesana, dan kondisinya cukup aman. Tidak ada demo selama saya disana, bahkan bekas posterpun tidak saya lihat. Turis memang rada sepi, tingkat hunian hotel juga belum pulih kata Bangkok Post. Hotel-hotel masih banyak menawarkan diskon.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s