
Hingga saya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Bandar Seri Begawan, Brunei tetap menjadi misterius bagi saya. Negara kecil di pulau Kalimantan ini dikenal sebagai negara makmur yang menerapkan syariat Islam. Brunei juga diketahui sebagai negara damai dan tak banyak berita-berita miring yang menyebar. Brunei juga bukan destinasi populer bagi turis Indonesia. Hanya rasa penasaranlah yang mengantarkan saya mengunjungi Brunei baru-baru ini.Sebenarnya ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Bandar Seri Begawan, tapi saya lebih memilih Air Asia dengan transit di Kuala Lumpur. Harga tiket sebesar 2,2 juta pulang pergi tak menguras tabungan dibandingkan terbang langsung dengan Royal Brunei. Saya memilih terbang dini hari (01:30) dengan harapan masih bisa sholat Jumat setiba di Bandar Seri Begawan.
Brunei Airport. Pesawat yang saya tumpangi tiba tepat waktu di bandara Brunei yang masih sepi di pagi itu. Saya lihat hanya satu pesawat mendarat saat itu. Bandara ini termasuk kecil, dan karenanya tak perlu makan waktu dari keluar pesawat hingga sampai pemeriksaan imigrasi. Di imigrasi juga tidak antri lama, tidak ada perekaman sidik jari seperti di imigrasi Malaysia. Saya dilayani petugas perempuan yang tampaknya ingin sekali ngobrol dengan saya (ge-er….). Sesudahnya, melewati jalur hijau, dan tanpa pemeriksaan barang bawaan lewat pemindai sinar X. Begitu melintas pintu keluar, suasana sedikit lebih hidup. Ada ruang tunggu pengantar dan beberapa gerai makanan.
Jalan-jalan hemat. Sedari Jakarta saya sudah berniat untuk menggunakan angkutan umum selama di Brunei. Karenanya dari bandara ke bandar (kota) saya memilih bis awam (umum). Tempat menunggu bus ada di lantai dasar, yang saat itu tidak banyak penumpang menanti. Setelah menunggu sekitar 15 menit, bus nomor 23 datang. Tidak seperti bus di Jakarta, bas awam ini sebesar minibus Hiace versi panjang dengan konfigurasi 1-2. Harga tambang (tiket) cukup 1 dollar saja. Tak perlu kartu, tinggal membayar tiket ke supir dan supir menggantinya dengan karcis kertas. Jalanan masih sepi karena Jumat merupakan hari libur, sehingga sayapun sampai di BSB Bus Terminal hanya sekitar 20 menit saja.
Saya sengaja mencari penginapan yang dekat-dekat terminal. Dan menemukan guest house (mereka bilang rest-house) persis di sebelah terminal. Dengan bantuan googlemap tak sulit bagi saya untuk menemukan rest-house yang sudah saya pesan lewat booking.com sebelumnya.
Sambil menunggu kamar siap, saya bersiap untuk sholat Jumat di Masjid Omar Ali Syaifuddin yang tak jauh dari tempat menginap. Brunei sangat terik saat itu, jadinya mandi keringat sesampai masjid. Masjid dengan arsitektur indah itu juga menjadi ikon Bandar Seri Begawan, dan salah satu tujuan turis. Jumat adalah hari libur resmi di Brunei, dan toko-toko banyak yang tutup saat sholat Jumat dan akan buka kembali jam 2 siang. Jadi tidak heran kalau jalanan sangat-sangat lengang.

Atraksi Wisata. Memang tak banyak tempai wisata di sekitar Bandar Seri Begawan. Selain Masjid Omar Ali Syaifuddin, pelancong dapat mengunjungi Musium yang tak jauh dari masjid. Tempat wisata lain yang cukup sohor adalah Kampung Air, yakni perkampungan tradisional di pulau kecil di Sungai Brunei. Untuk mengunjungi Kampung Air, tinggal menyeberang kilat dengan perahu. Istana Nurul Iman juga banyak dikunjungi turis walaupun hanya dari sisi luar. Istana kediaman Sultan ini tertutup untuk umum, dan hanya dibuka untuk umum saat Idul Fitri saja.


Transportasi Umum. Brunei sebenarnya tak memiliki angkutan umum yang banyak. Maklum saja, negara ini hanya berpenduduk 450 ribuan dan kebanyakan berkecukupan. Angkutan umum tak terlalu dibutuhkan bagi warga Brunei. Jaringan bus umum (bas awam) berpusat di BSB Bus Terminal. Dari terminal ini saya menjelajahi semua penjuru Bandar Seri Begawan. Tarifnya 1 Dollar Brunei (sebagian orang Brunei menyebut ringgit) sekali jalan. Dengan bis ini juga saya sempatkan ke The Mall di Gadong dan datang ke pasar tradisional. The Mall Gadong yang katanya terbesar di Brunei seperti layaknya mall di Jakarta. Tak terlalu besar, setara dengan Plaza Blok M atau Mall Ciputra. Di mall ini juga ada bioskop, dan di bioskop ini film-film Indonesia seperti Pengabdi Setan, AADC2 diputar.



Brunei serumpun dengan Indonesia, tapi tetap saja ada hal unik & menarik :
- Signage toko biasanya ditulis dalam huruf latin, Arab dan terkadang Chinese. Sepintas mengingatkan pada kota-kota di Timur Tengah seperti Doha, Dubai
- Dollar Singapura menjadi alat pembayaran yang sama dengan Dollar Brunei, nilai tukar keduanya nyaris sama.
- Toko-toko tutup sangat awal, yakni sekitar jam 7 malam.
- Tak ada sepeda motor di jalanan Brunei, jangan berharap ada Go-jek di sana.
- Seperti halnya Indonesia, Brunei juga menganut kemudi kanan.
- Merokok dilarang di semua tempat, begitu juga menjual rokok adalah terlarang di Brunei.
- Orang Indonesia banyak dijumpai di sini, terutama dari Jawa Timur. Pendatang lain dari India dan Malaysia
- Barang & makanan Indonesia banyak dijumpai di sini. Jangan heran kalau dijumpai warung dengan menu bakso, soto, ayam penyet. Barang-barang Indonesia juga banyak ditemui di rak-rak supermarket.
Masih penasaran juga? Silakan datang ke Brunei, 2 malam cukup.
Rincian biaya perjalanan
Tiket Air Asia CGK-BWN-CGK | Â Â Â Â Â Â Â Â 2,355,500 | |
Hotel 2 malam @47 BND | 94 BND | Â Â Â Â Â Â Â Â 1,005,800 |
Transfer Airport (2x) | 2 BND | Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â 21,400 |
Transportasi lokal | 20 BND | Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â 214,000 |
8x Makan | 40 BND | Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â 428,000 |
        4,024,700 |