AirAsia, pasti banyak yang sudah akrab dengan nama ini. AirAsia sangat fenomenal sebagai pendobrak awal pintu low-cost carrier (LCC) alias penerbangan berbiaya hemat. Lion Air, nama inipun juga tak kalah populer dengan tiket murah sepanjang waktu. Kemudian ada Cebu Pacific dari Philippina, disusul VietJet Air dari Vietnam yang terkenal dengan pramugari berbikini. Tapi bagaimana dengan Scoot? Airline hasil merger antara Scoot & Tiger Air ini mungkin masih terdengar asing bagi kebanyakan traveler di Asia Tenggara. Dari Indonesia lagi, Citilink Indonesia bermain di pasar penerbangan murah. Keenamnya lahir dan beroprasi di Asia Tenggara, terus siapa penguasa pasar low cost carrier di kawasan ini?
Baiklah, kita bahas satu persatu.
AirAsia lahir dari Malaysia dan dari awal sudah didesain sebagai maskapai berbiaya hemat. Menggebrak pasar dengan promo-promo tiket murah bahkan gratis, AirAsia langsung disambut gempita para traveler. Dalam waktu tak lama, bisnis AirAsia menyebar ke kawasan dengan beroperasinya Thai Air Asia, Indonesia AirAsia, Philippines AirAsia. Awalnya AirAsia terbang dengan pesawat Boeing 733 Classic sebelum berganti dengan Airbus 320. Penerbangan pendek dibidik di awal-awal operasinya, sampai akhirnya lahir AirAsia X untuk penerbangan menengah panjang. Seperti kakaknya, AirAsia, AirAsia X kemudian menyebar ke Thailang dengan Thai AirAsia X dan Indonesia AirAsia X. Selain Asia Tenggara, Group AirAsia juga melangkah lebih jauh dengan India AirAsia & Japan AirAsia. Air Asia menjadi pelopor LCC di Asia.
Lion Air lahir pada tahun 1999 dan mulai terbang pada 30 Juni 2000 dengan 2 pesawat sewa Boeing 737-200. Di awal-awal operasi Lion Air pernah menerbangkan pesawat Yak-420, MD-82, Airbus310, B737 Classic. Gebrakan Lion Air muncul saat maskapai ini memesan puluhan pesawat baru dari Boeing. Dan sesudahnya kepak bisnisnya tak tertahankan. Untuk menjangkau pasar lebih luas, pada tahun 2003 Lion Air mendirikan Wings Air untuk menerbangi kota-kota kecil. Kemudian masuk ke markas AirAsia dengan meluncurkan Malindo Air pada tahun 2012, maskapai layanan penuh. Pada tahun 2013 Lion Air mendirikan maskapai layanan penuh lainnya yakni Batik Air dengan basis Indonesia. Tahun 2013 juga menjadi kelahiran Thai Lion Air yang beroperasi sebagai maskapai berbiaya hemat. Ke depan tampaknya Lion Air Group akan terus ekspansi ke negara-negara kawasan.
Cebu Pacific, pelan tapi pasti airline ini terus menggurita dan melebarkan sayap bisnisnya. Bermarkas di Ninoy Aquino International Airport, Cebu pacific bukan hanya terbang intra ASEAN, tetapi sudah terbang hingga Australia, China, Guam, Jepang, Korea, dan UEA. Selain menerbangkan pesawat lorong tunggal, Cebu Pacific juga terbang dengan A330. Model bisnisnya mirip dengan Air Asia.
Scoot adalah bagian dari Singapore Air Group. Scoot awalnya didirikan untuk memberikan pilihan penerbangan murah jarak jauh. Boeing 777-200 merupakan armada pertama yang diterbangkan, yang merupakan bekas pakai Singapore Air. Kemudian B777-200 digantikan dengan B787 baru. Lalu, Scoot merger dengan Tiger Air dan menggunakan merk dagang Scoot. Dengan begitu, Scoot menerbangkan B787 dan A320. Jangkauan Scoot bukan hanya Asia Tenggara tapi sudah terbang jauh hingga Athena, China, Jepang. Ekspansi bisnisnya terlihat makin kencang di semester 2 2017 dengan menerbangkan destinasi baru, beberapa diantaranya menggantikan Silk Air yang masih satu group.
Vietjet Air memang hadir setelah AirAsia dan Lion Air memulai terbang, tapi maskapai hemat asal Vietnam ini juga fenomenal. Sempat menghebohkan karena pramugari berbikininya, VietJetAir juga layak sebagai lawan tangguh maskapai hemat di Asia Tenggara. VietjetAir sejatinya bukan LCC pertama di Vietnam, tapi bisnisnya cepat berkembang diantaranya segera terbang ke Jakarta & Bali. Untuk ekspansinya ini VietJetAsir memesan banyak pesawat baru yang didominasi keluarga A320.
Citilink Indonesia merupakan anak usaha Garuda Indonesia. Sebelum menjadi Maskapai terpisah, dulunya Citilink adalah SBU Garuda untuk mengoptimalkan Fokker-28 sebelum pensiun. Dari awal Citilink terbang dengan konsep maskapai berbiaya hemat dan point to point. Setelah menjadi maskapai sendiri Citilink terbang dengan pesawat A320 & A320 Neo dengan usia rata-rata sangat muda. Fokus untuk penerbangan domestik, Citilink mulai terbang jalur international dengan menerbangi Dili Timor Leste dan beberapa penerbangan charter ke China dan umroh. Citilink menjadi pengguna pertama A320 Neo di Indonesia.
Keenam maskapai tadi rata-rata menggunakan pesawat dengan usia yang muda-muda. Pangsa pasarnya juga hampir-hampir sama, pasar usia muda. Berikut jumlah pesawat LCC Asia Tenggara (sumber : airfleets.net 15 Nov 2017)
Group | LCC | Full | Airline | Pswt | ||
AirAsia | 219 | 0 | AK | Air Asia | LCC | 81 |
D7 | Air Asia X | LCC | 22 | |||
QZ | Indonesia Air Asia | LCC | 22 | |||
XT | Indonesia Air Asia X | LCC | 2 | |||
FD | Thai Air Asia | LCC | 55 | |||
XJ | Thai Air Asia X | LCC | 6 | |||
Z2 | Philippines Air Asia | LCC | 16 | |||
I5 | Air Asia India | LCC | 13 | |||
DJ | Japan Air Asia | LCC | 2 | |||
Lion Air | 194 | 98 | JT | Lion Air | LCC | 115 |
ID | Batik Air | Full | 51 | |||
OW | Wings Air | LCC | 52 | |||
OD | Malindo Air/Batik Air Malaysia | Full | 47 | |||
FD | Thai Lion Air | LCC | 27 | |||
Scoot | 43 | 0 | TZ | Scoot | LCC | 39 |
XW | Nok Scoot | LCC | 4 | |||
VietJet | 42 | 0 | VJ | VietJet | LCC | 39 |
VZ | Thai Viet Jet | LCC | 3 | |||
Cebu Pacific | 62 | 0 | 5J | Cebu Pacific | LCC | 62 |
Citilink | 50 | 0 | QG | Citilink | LCC | 50 |
Nah siapa penguasa LCC di Asia Tenggara? Dalam 5 tahun ke depan AirAsia Group & Lion Group masih akan jadi raja LCC Asia Tenggara.
Terima kasih informasinya. Tampaknya Air Asia dan Lion Air terus bersaing menjadi raja di Asia Tenggara. Kalau melihat populasi dan luas area, seharusnya Lion ataupun perusahaan penerbangan dari Indonesia yang menjadi raja di Asia Tenggara