
Masih ingat lagu ‘Rek ayo rek… mlaku-mlaku neng Tunjungan‘? Ya, lagu itu ada karena dulunya jalan Tunjungan memang sangat tersohor dan menjadi ikon penting Surabaya. Jalan Tunjungan sendiri banyak ditemui pada arsip/dokumen lama bahkan sebelum negeri ini merdeka. Jalan inipun menjadi bagian penting sejarah Surabaya & Indonesia. Penggal jalan yang tak terlalu panjang ini juga menjadi pusat keramaian di masa jayanya. Jaman berganti dan pamor jalan Tunjungan-pun turut meredup seiring mulainya budaya mall & plaza di tahun 80-an. Meyakini atas potensi jalan ini, pemerintah kota berupaya mengembalikan kejayaan jalan legendaris ini. Berhasilkah?
September lalu saya kembali meyusuri jalan Tunjungan, bukan saat malam hari tapi pagi hari saat jalanan masih sepi. Sepagi itu sudah tampak pekerja perbaikan trotoar di dua sisi jalan. Petugas kebersihan menyapu jalan, kemudian disusul mobil penyiram, dan dilanjutkan dengan mesin pel trotoar. Berikut foto-foto jalan Tunjungan yang sempat saya jepret .

Inilah trotar Jalan Tunjungan yang sedang dalam penyelesaian. Belum rapi betul. Dulunya jalur pedestrian hanya berada di emperan toko, tipikal trotoar bangunan kuno. Trotoar baru dibuat dengan mengambil lebar jalan di kedua sisi. Pejalan kaki akan lebih nyaman dengan tambahan trotoar ini. Pohon ditanam di sepanjang jalur, belum tinggi memang.

Inilah hotel yang menjadi saksi bisu kemerdekaan Indonesia. Dulunya bernama Hotel Oranje, tempat penyobekan bendera Belanda menjadi merah putih. Hotel bintang 5 ini sempat berganti nama menjadi Mandarin Majapahit Hotel sebelum kembali menjadi Hotel Majapahit seperti sekarang ini. Apapun jamannya faktanya hotel ini terus beroperasi.
Salah satu bangunan tua masih tetap kokoh dan siap dialih fungsikan. Banyak bangunan kuno lainnya yang menanti restorasi. Beberapa tahun lalu beberapa bangunan tua ini sebagian tertutup facade toko dengan papan reklame atau nama toko, tapi sekarang sudah tidak ada lagi, rapi.
Setali tiga uang dengan Pemkot, sayapun yakin kejayaan jalan Tujungan bakal kembali. Kedekatan sejarah dan pertalian emosi warga Surabaya atau yang pernah tinggal di Surabaya pasti menginginkan Jalan Tunjungan kembali bersinar. Kawasan ini punya modal untuk menjadikannya nyata. Apa saja?
- Dukungan Kawasan. Di ujung selatan Jalan Tunjungan berdiri Tunjungan City Superblock yang sangat populer dan sudah terbukti mendatangkan banyak pengunjung. Di sisi selatan ini juga terdapat Gedung Grahadi, Monumen Kapal Selam, dan juga Es Krim Zangandi legendaris itu.
- Sementara sisi utara terdapat Mall Pelayanan Publik di Gedung Siola, Museum Surabaya juga bisa dikunjungi di Gedung Siola. Di sisi utara juga ada Taman Gantung yang baru dibuka belum lama ini.
- Di bagian tengah tepatnya di sayap Tunjungan sudah ada Pasar Genteng yang menjadi tujuan berburu oleh-oleh khas Surabaya.
- Hotel-hotel baru. Disamping Hotel Majapahit sudah mulai muncul hotel-hotel baru sepanjang Tunjungan, diantaranya Swiss Bell-Inn dan Varna Culture Hotel.
- Gedung-gedung tua sebagai magnet pengunjung/turis untuk datang. Di kota-kota lain di luar negeri gedung-gedung tua juga dijadikan daya tarik, asal dikelola dengan baik.
- Mulai muncul bangunan-bangunan baru di sayap Tunjungan, atau di belakang Tunjungan.
- Festival-festival yang sering diadakan di jalan ini, seperti Festival Tunjungan.
- Keseriusan pemerintah kota Surabaya dalam merevitalisasi kawasan ini. Konsep penataan menjadi kunci kawasan ini.
- Rencana Trem Surabaya yang bakal melintasi jalan ini
- Tunjungan dapat mengisi kekosongan spot wisata malam bagi turis karena spot-spot wisata yang ada yang hampir semuanya dijelajahi di siang hari .
- Surabaya sebagai gerbang masuk ke tujuan wisata populer Jawa Timur seperti Bromo, Malang, Banyuwangi.
Surabaya termasuk ‘miskin’ spot wisata yang menarik bagi turis asing. Jalan Tunjungan memiliki potensi menjadi tujuan turis di Surabaya. Namun untuk menjadikan kawasan ini menjadi sentra turis masih perlu bisnis wisata pendukung seperti hotel, tempat hiburan, restoran, coffee shop, toko-toko di sepanjang jalan ini. Saya memimpikan jalan ini bisa seperti Nanjing Road Shanghai, Orchard Road Singapore, atau setidaknya seperti Jalan Bukit Bintang Kuala Lumpur. Jalan-jalan itu tidak pernah sepi dari pejalan kaki, ‘sparkling di malam hari dan di sisinya dipenuhi toko-toko dengan merk terkenal. Tantangannya adalah menjadikan Jalan Tunjungan itu tetap ramai siang dan malam.
Rek..ayo rek… mlaku-mlaku neng Tunjungan ……..