Kapan terakhir Anda ke Bali? Jika dalam satu dua tahun terakhir mungkin Anda akan mendapati Bali sudah makin padat. Apalagi jika Anda bandingkan dengan 5 tahun lalu. Kemacetan pada beberapa ruas sudah mulai tampak, khususnya saat high season dan peak season. High season di Bali umumnya berlangsung pada bulan Juni-Agustus, libur lebaran, liburan sekolah. Sedangkan jelang pergantian tahun menjadi peak season bagi Bali. Meskipun konsentrasi turis tidak lagi berada di area Kuta/Legian/Seminyak tapi kepadatan di area tersebut sudah mengarah pada ketidak-nyamanan. Makin padatnya Bali juga disebabkan tingkat kunjungan wisman dan domestik yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenyamanan turis akhirnya menjadi penentu masa depan Bali. Dan untuk itu Bali sudah mulai berbenah agar kenyamanan turis tetap terjaga. Dan inilah yang akan menjadikan wajah Bali sedikit berubah dalam 10 tahun ke depan. Apa saja?
- Ngurah Rai Airport. Saat ini bandara Ngurah Rai sudah berada pada over capacity. Disamping sempit, fasilitas di bandara ini masih jauh dari kelayakan untuk menjadi pintu gerbang wisatawan. Kabar bagusnya adalah mulai tahun ini pengelola bandara memulai proyek pembangunan terminal baru dan fasilitas pendukung lainnya. Dulu, terminal internasional seluas 65.800 meter persegi akan dibangun baru menjadi 129.000 meter persegi. Sedangkan terminal domestik akan dipindahkan ke terminal international sekarang. Dengan demikian terminal domestik baru nanti akan 5 kali lebih luas dari yang ada sekarang (dari 13.300 menjadi 65.800). Perluasan tempat parkir pesawat (apron) dari 214.500 meter persegi menjadi 300.200 meter persegi. Renovasi bandara itu menelan biaya sebesar Rp1,94 triliun yang dibagi dalam empat paket pekerjaan. Pertama, akses jalan dan bangunan pengganti dan berbagai perabotnya. Kedua, flyover, promenade, dan Avron (parkir pesawat). Ketiga, bangunan terminal, terutama terminal kedatangan internasional yang seluruhnya direnovasi. Terakhir, baggage handling yang akan menampung lebih banyak penumpang dari yang ada sekarang. Memang dari luasan, secara keseluruhan bandara ini tadinya hanya menempati ruang seluas 265 hektar dan diperluas hingga 288 hektar, relatif kecil untuk bandara international sekelas Ngurah Rai. Pengembangan Ngurah Rai ditargetkan rampung pertengahan 2013 jelang KTT APEC yang berlangsung di Bali.
- Tol Tanjung Benoa-Serangan. Setelah pro-kontra akibat issue lingkungan, rencana pembangunan jalan tol sepanjang sekitar 10 kilometer yang menghubungkan Tanjung Benoa-Serangan mulai mendapat titik terang menyusul telah dikeluarkannya surat izin dari Kementerian Kehutanan terkait penggunaan lahan mangrove. Desain tol yang tandinya berupa jembatan di atas laut diubah mengelilingi teluk Benoa dan Serangan dengan melintasi hutan mangrove seminimal mungkin. selesai, pada semester pertama 2013, yakni sebelum pelaksanaan pertemuan APEC di Bali pada semester kedua 2013
- Jaringan kereta wisata. Gagasan membangun jaringan kereta wisata muncul beberapa saat lalu. Dengan jaringan kereta ini diharapkan industri wisata Bali tidak agi terkonsentrasi di belahan selatan pulau, Denpasar, Badung dan Tabanan. Rencananya kereta akan melingkari pulau ini sekaligus menghubungkan Denpasar, Negara, Buleleng berlanjut ke Karang asem. Melihat investasi yang dibutuhkan kereta wisata ini mungkin baru 10 tahun kedepan terealisir.
- Bandara di Singaraja. Sebaran industri wisata yang terpusat di selatan tidak lepas dari keberadaan bandara yang ada di kawasan itu. Tidak tersedia transportasi umum yang menghubungkan kawasan selatan menuju sisi barat, timur dan utara. Bandara Ngurah Rai, yang kendati akan diperluas, tetap akan segera mencapai titik jenuhnya sehingga diperlukan bandara baru di sisi utara, di kabupaten Buleleng. Seperti halnya rencana kereta wisata, keberadaan bandara di Singaraja ini juga dimaksudkan mengembangkan industri wisata di luar Denpasar, Badung dan Tabanan. Bisa saja suatu saat nanti Singaraja juga akan berkembang pesat, begitu juga dengan Amed, Tulamben, Candidasa di Karangasem.
Trend hotel dan villa. Belakangan terdapat pergeseran lokasi hotel dan villa, yang sebelumnya cenderung berada di pinggir pantai kini bergeser ke kawasan seperti tepi sawah, tepi sungai, tebing-tebing bukit. Disamping memberikan pilihan bagi turis, pergeseran ini juga berpotensi merusak lingkungan jika tidak diatur secara ketat.
- Jaringan angkutan umum massal. Inilah yang saat ini agak sulit dijumpai di Bali. Angkutan umum masih sangat minim, hanya taxi yang dominan. Jenis angkutan massal yang cocok di Bali harus mempertimbangkan kultur & budaya, lingkungan dan tentu saja investasinya. Belum tentu angkutan semacam Trans Jakarta cocok disini mengingat jalanan yang relatif sempit. Membangun MRT atau monorail tentu saja perlu investasi luar biasa besar. Namun dalam pandangan saya mungkin monorail akan lebih cocok untuk pulau ini. Angkutan massal belum terpikirkan hingga saat ini, padahal di beberapa negara tujuan turis, keberadaan angkutan massal ini berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan turis.
Dengan keberadaan proyek-proyek besar itu wajah Bali akan berubah dalam 10 tahun kedepan. Bali akan makin padat dan turis akan lebih tersebar. Pusat pertumbuhan akan lebih merata sehingga kesenjangan Bali selatan dan kawasan lain semakin mendekat. Namun kekawatiran pantas untuk dimunculkan, yakni issue lingkungan dan pudarnya budaya Bali tergerus arus modernitas. Munculnya kawasan baru dipastikan mengundang minat investor domestik maupun asing. Investor luar Bali ini berpotensi meminggirkan ekonomi lokal yang pada ujungnya warga Bali lebih sebagai obyek dan bukan subyek pertumbuhan. Semoga saja tidak demikian. Anyway, i love Bali…