Dulu, Hotel Ritz Carlton Bali menjadi salah satu hotel mewah di kawasan Jimbaran Bali. Tapi sekarang Anda tidak akan bisa lagi mendapati Hotel Ritz Carlton di kawasan itu. Apakah Ritz Carlton Bali sudah menutup pintu buat tamu-tamu tajir itu? Jawabannya adalah tidak. Anda yang pernah menginap di sana, atau sekedar pernah melintas, tetap akan dapat melihat bangunan yang sama, tetapi dengan nama yang beda. The Ayana Resort & Spa adalah nama barunya. Nama yang lebih bercita-rasa lokal. Jika jeli, Anda akan mendapati lebih banyak lagi penggunaan nama-nama lokal untuk hotel-hotel & villa mewah baru di Bali. Hotel dan villa mewah baru itu mulai menggunakan kata-kata lokal. Sebut saja seperti The Bale, The Amala, Grand Akhyati, The Kunja, menyusul nama-nama lokal untuk properti mewah lain seperti The Ayana, The Ayodya, Keraton Jimbaran, The Samaya, The Kayana, Karma Jimbaran, The Seiryu. Adakah daya tarik kata lokal atau sekedar trend? Dan mengapa juga mereka harus mengawalinya dengan ‘The’? (foto : The Bale Nusa Dua)
Villa atau hotel mewah dengan nama lokal itu biasanya tidak tergabung dalam manajemen hotel besar sehingga tidak menggunakan nama dari manajemen hotelnya. Bahkan beberapa hotel yang menggunakan manajemen jaringan tetap menggunakan nama lokal untuk hotel/villanya seperti The Kayana yang sebenarnya di bawah manajemen Santika Hotels. Lalu apa istimewanya hotel/villa mewah dengan nama lokal itu?
- Originalitas. Dengan menggunakan nama lokal, memudahkan manajemen untuk memanjakan tamu dengan layanan unik yang kaya sentuhan lokal. Menginap di hotel sekelas ini lebih sebagai sebuah pengalaman unik dibanding sekedar tempat menginap. Sebuah villa di Bali dengan layanan khas Bali-nya menjadikan sebagai layanan yang tidak mudah diperoleh di hotel di negara lain, dan hanya ada di Bali. Bagaimanapun Bali telah menjadi merek populer bagi pelancong di dunia.
- Ekslusif. Tanpa menempelkan merek jaringan, tamu-tamu dilayani secara ekslusif tanpa batasan atau standar baku lagi. Nama lokal mengasosiasikan bukan lagi layanan standar hotel generik. Pada beberapa villa mewah tamu dilayani secara pribadi oleh pegawai khusus. Tamu seakan tinggal di rumah mewah pribadi. Villa-villa ini biasanya hanya menyediakan unit sangat terbatas, sehingga ekslusifitas dapat dipertahankan. bahkan untuk menjaga ekslusifitas beberapa villa membidik segment sangat sempit seperti khusus berbulan madu, atau hanya tamu dewasa tanpa abak kecil.
- Layanan tak berbatas. Hotel & Villa mewah biasanya tidak memiliki rating. Kendati menawarkan layanan premium, hotel/villa ini tidak menyebut sebagai Bintang 5. Mereka lebih sering menyebut sebagai luxury hotel/villa. Ketiadaan rating ini membuat ruang kreatifitas dalam layanan seakan tak berbatas, misalnya dengan menyediakan kolam renang pribadi di setiap unit, desain kamat tidur, atau kamar mandi ruang luar. Villa-villa premium ini biasanya juga menawarkan pesta pribadi yang benar-benar ekslusif, lengkap dengan juru masak dan pelayan pribadi pula.
- Lokasi istimewa. Hotel/Villa mewah membidik lokasi dengan keunggulan yang tidak dimiliki oleh hotel di lokasi-lokasi padat, seperti Kuta, Legian atau Seminyak. Mereka memilih lokasi unik yang sedikit jauh dari hiruk pikuk Kuta. Berada di bibir pantai dengan pemandangan laut, di bukit-bukit, di tepi sungai dengan air jernih, atau dengan pemandangan hamparan sawah berundak-undak. Lokasi agak terpencil bukan menjadi kendala karena hotel/villa kelas ini menyediakan mobil untuk menjemput dan mengantarkan tamu-tamunya.
- Tarif Premium. Rata-rata villa mewah ini menyasar tamu-tamu berkantong tebal, seperti iklannya yang rajin di Business Week Indonesia. Dengan layanan istimewa itu pihak hotel dapat mematok tarif hotel/villa jauh di atas rata-rata hotel mewah bintang 5 sekalipun. Tarif 1 unit villa di atas $1.500 per malam menjadi hal lumrah untuk hotel/villa mewah ini. Mungkin bagi para tamu berdompet tebal ini, exprerience yang dinikmati bernilai jauh melebihi dollar yang dikeluarkan.
Penggunaan nama lokal sejatinya sudah sering digunakan untuk hotel/villa lokal yang dikelola di luar jaringan besar, terutama hotel yang bermain di segmen rating Bintang 3 ke bawah, kendati sebagian hotel kelas ini malah cenderung menggunakan nama-nama asing. Dulu, nama lokal dianggap cerminan kualitas layanan lokal dan tidak berstandard international. Namun kini kecenderungannya berbalik arah. Nama-nama lokal kian diminati bahkan untuk hotel/villa kategori luxury. Nama lokal tidak lagi sebagai representasi layanan lokal tetapi lebih menjadi keunikan layanan dengan standard premium.
Dalam pandangan saya, penggunaan nama lokal itu untuk mengejar ekslusifitas layanan dan sebagai bentuk diversifikasi dengan hotel-hotel rating biasa. Nama-nama yang dipilih lebih enak didengar dan mudah diucapkan bahkan oleh tamu-tamu asing sekalipun. Akhirnya, nama-nama itu akan mudah diingat dan diasosiasikan langsung dengan tempat dimana hotel berada, Bali. Penggunaan ‘The’ di depan nama lebih sebagai penegasan sebagai keunikan layanan yang ditawarkan, melampaui standard international sekalipun. Penggunaan ‘The’ juga mengesankan citra modern, mewah, lebih enak didengar, dan terasa lebih lebih gorgeous/ proud/ precious. Dan ini bukan sekedar trend belaka.
Link pilihan lainnya :
menyegarkan!! saya tunggu info nya lain dong,,,
salam,
mohon informasi nama dan alamat proyek villa mewah yg skrg sedang di bangun di negara- Bali.
terima kasih
Dear Sophia saya tidak punya yang Anda minta, coba cari2 via property broker di Bali
Baru tau kalo Ritz Carlton ganti nama 😀 (Guiding You in Bali).
Wah baru tahu nih.. thanks article nya.. (Jual villa di bali)