Selamat tinggal Low Cost Carrier, Goodbye tiket murah

Musim penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) mungkin akan segera berakhir. Gelagatnya adalah rencana pemerintah untuk merevisi KM 9/2002. Dalam rancangan aturan terbaru, layanan penerbangan akan dibagi menjadi 3 kelompok, yakni layanan penuh (full service), menengah dan layanan minimum (no frill). Jenis layanan yang dipilih airline akan menentukan tarif maksimum tiket kepada penumpang. Airline dengan layanan penuh dapat mengutip tarif masimum sebesar 100% dari batas atas, layanan menengah sebesar 90%, sedangkan layanan minimum hanya boleh mematok taif tertinggi sebesar 85% dari batas atas. Nah perbedaan tarif maksimum inilah yang mendorong airline untuk menaikkan layanan penerbangannya. Garuda Indonesia dari dulu konsisten dengan layanan penuh, sedangkan untuk layanan minimum dioperasikan oleh Citilink. Lion Air sudah mengarah ke layanan penuh dengan dibukanya kelas bisnis di beberapa rute. Kabar terakhir, Indonesia Air Asia sudah berancang-ancang untuk masuk ke kategori menengah. Dengan pindahnya Air Asia ke layanan menengah akankah pertanda musim tiket murah akan segera berakhir? Tunggu dulu…

Dulu, layanan penerbangan hanya dibedakan antara layanan penuh dengan layanan minimum (no frill). Saat airline dengan konsep LCC sedang menjadi tren, banyak penerbangan yang mengubah konsepnya menjadi LCC. Lion Air yang dulunya memberikan makanan kemudian beralih tanpa layanan makanan (kecuali kelas bisnis), begitu juga dengan Mandala Air. Dalam serbuan LCC, Garuda Indonesia mengeluarkan Citilink dengan konsep LCC. Airline lain beroperasi dengan layanan penuh. Namun sebenarnya hanya Garuda yang benar-benar bisa masuk sebagi layanan penuh jika mengacu pada kriteria awal itu.

Layanan menengah sebagai Blue Ocean. Diantara perbedaan layanan yang cukupo ekstrim itu ternyata membuka peluang airline masuk di pasar diantaranya. Adalah ValuAir yang dari awal masuk di kelompok ini. Dalam penerbangannya, VF tetap memberikan makanan ringan tetapi juga menjual makanan dan minuman dalam penerbangannya. Jadi konsep layanan menengah ini bukan sesuatu yang benar-benar baru. Virgin Australia yang awalnya masuk sebagai LCC kemudian meluncurkan penerbangan layanan penuh dengan V Australia. 

Menanti Kriteria. Hingga saat ini kriteria pengelompokan layanan itu belum juga keluar. Kriteria inilah yang akan dijadikan acuan airline akan bermain di kelompok mana. Airline yang saat ini menyatakan sebagai full-service belum tentu bisa memenuhi kriteria itu nantinya. Gambaran awalnya, airline dengan layanan penuh harus memberikan makanan dan minuman gratis di pesawat, memiliki standar layanan darat, mimimal memiliki kelas bisnis di setiap rute, membebaskan biaya bagasi untuk hingga berat tertentu, memiliki loyality program, jarak antar kursi, hiburan dalam kabin dan beberapa syarat lainnya. Maskapai Batavia atau Sriwijaya, dan juga Merpati yang selama ini mengklain sebagai full service belum tentu langsung memenuhi kriteria tersebut.

Akankah tak ada lagi tiket murah?  Saya tidak yakin jika aturan itu akan menghilangkan tiket promo yang biasa ditawarkan. Ini karena pemerintah hanya mengatur tarif maksimum, sedangkan tarif minimum tidak ditentukan. Industri penerbangan adalah industri yang mengenal musim. Ada peak/high season dengan penumpang sangat ramai, tapi low season pun tak terhindarkan. Saat low season inilah airline akan berebut penumpang. Pertimbangannya, baik pesawat terisi penuh atau kosong, biaya operasional yang dikeluarkan tidak jauh berbeda. Aklhirnya persaingan dan struktur biaya yang bagus akan memberi peluang tiket promo akan tetap ada. Jadi masih akan ada tiket promo buat kita-kita.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s