Awal Februari lalu saya kembali datang ke Bali, dan tentu saja saya datang dan pergi melalui terminal domestik.Dari dulu, saya merasa terminal domestik Ngurah Rai sudah terlalu sempit dan akan sangat terasa lebih sesak jika musim liburan sekolah, lebaran, akhir tahun, bahkan saat long weekend tiba. Kendati saat ini pihak pengelola bandara sudah mulai berbenah dan menambah beberapa fasilitas tambahan, saya masih saja merasakan kurang nyaman. Kabar bagusnya, terminal bandara Ngurah Rai ini akan dibangun ulang.
Saat ini, untuk kawasan luar terminal, sebenarnya pihak pengelola sudah menyediakan area parkir yang sangat memadai, bahkan sekarang dibangun drop zone yang cukup luas dan agak terpisah dari pintu masuk. Ada beberapa toko dan cafe di sekitarnya. Namun kesan sumpek masih kelihatan terutama di dekat pintu masuk ke terminal. Tidak jauh dari pintu masuk, terdapat tambahan beberapa bangunan, gerai penjualan tiket airline dan kedai makan. Mungkin karena tata letak yang kurang bagus, sehingga suasana sekitar pintu masuk tersebut tampak tidak lega. Mungkin juga karena atapnya yang pendek. Hanya saja ada yang membedakan, keberadaan calo tiket tidak terlalu mengganggu di Ngurah Rai, tidak seperti di Soekarno Hatta Airport. Masih didapati antrian penumpang (berjubel) dengan trolynya di pintu masuk terminal, juga pengantar berkerumun sebelum pemeriksaan x-ray. Pintu masuk yang dilengkapi dengan 2 mesin x-ray tersebut memang sangat sempit.
Setelah melewati pemeriksaan x-ray, kita langsung mendapati ruang check-in. Tampaknya area check-in belum banyak tersentuh perbaikan yang berarti. Check-in counter masih seperti beberapa tahun lalu, meja-meja kayu yang sudah tampak kusam, langit-langit yang rendah, dan pilar yang agak banyak dan yang membuat kesan sempit. Sampai di sini, terminal domestik masih saja tampak kuno dan padat, itu yang saya rasakan.
Ruang tunggu di lantai dua sudah dengan kondisi lebih baik, meskipun hanya dilengkapi 3 gate (15 dan 16 yang berdekatan) juga gate 17 yang biasanya digunakan untuk Garuda Indonesia. Tempat duduk di ruang tunggu sering kali penuh terutama di dekat gate 15 & 16, sedangkan di sisi lain (dekat gate 17) kondisinya lebih longgar. Fasilitasnya lumayan lengkap, ada beberapa executive lounge, kedai makan, toko souvenir, bahkan ada pijak reflexi.
Suasana terminal domestik ini sebenarnya mirip-mirip dengan Bandara Juanda lama (lebih bagus dikit sih..). Namun sekarang Juanda memiliki terminal baru dengan fasilitas dan kondisi yang jauh lebih baik. Boleh dong berharap ada renovasi (kalau gak mungkin membangun terminal baru dalam waktu cepat) di Ngurah Rai. Tapi…., bagaimanapun bandaranya, datang ke Bali tetap menjadi pengalaman yang menarik bagi saya, yang selalu & selalu ingin datang lagi dan datang lagi.
Kalau Anda juga merasa bandara Ngurah Rai sudah tidak layak untuk ukuran bandara international. Atau Anda berpikir Bali yang juga sebagai pintu gerbang turis utama di Indonesia seharusnya memang memiliki bandara yang lebih bagus. Bersabarlah. Seperti berita-berita yang dilansir di koran, pembangunan terminal baru itu tampaknya akan segera terealisasi. Maksudnya yang akan dibangun adalah terminal internasional, sedangkan terminal internasional saat ini akan digunakan untuk pengganti terminal domestik.
Rencananya, akan dibangun terminal international baru seluas 70.000 meter persegi, terdiri 2 lantai, seperti ilustrasi gambar yang disajikan situs http://www.ngurahrai-airport.co.id/. Tender terminal akan digelar Maret 2009 (mungkin molor) dan direncanakan rampung pembangunannya tahun 2011. Dengan selesainya terminal ini diharapkan tidak ada lagi antrian panjang pemeriksaan imigrasi. Counter checkin lebih nyaman, ruang tunggu lebih bagus, toko-toko lebih berkualitas. Dan ujung-ujungnya berharap semakin banyak turis berlibur ke Bali.
Update perkembangan pembangunan :
- 3 Juni 2009, ground breaking (peletakan batu pertama), pembangunan terminal internasional (100.000 m2 dari rencana awal 70.000 m2) resmi dimulai. Rencana tidak bergeser, setelah terminal international baru selesai, terminal international lama akan direnovasi dan dijadikan terminal domestik.
Dengan Hormat,
Saya Nani Ruth mahasiswa Teknik Arsitektur Univ. Indraprasta. Apakah saya boleh tau mengapa bentuk bangunan dari terminal seperti itu,? Apa yang dipikirkan sang arsitek sehingga terbentuk bangunan itu,? Apa saya boleh meminta site lengkap dengan denah terminal dan lintasannya,?
Jujur saja saya belum pernah ke bali.
Besar harapan saya untuk Anda membalas ini.
Atas perhatiannya. Terimakasih banyak.
Hai Nani, Sejauh info yang saya dapat, gambar yang ada itu baru pra rancangan. Desain detilnya baru akan ditenderkan. Saya yakin site dan denah belum di-release. Pendapat saya, karena terminal itu akan dijadikan terminal international, kemungkinan dipengaruhi tren desain terminal saat ini, modern minimalis, ramah lingkungan dengan semaksimal mungkin pencahayaan dari luar. Ini juga terlihat di KLIA Kuala Lumpur, Terminal 3 Soekarno Hatta, Bandara Hongkong, Hasanudin baru, dll. Unsur metal dan kaca dominan. Saya pribadi juga kurang suka dengan desain itu, sebab arsitek Balinya tidak terlihat. Mungkin mereka akan main-main balinese style di interior. Coba kirim email ke via site resmi bandara, link ada di artikel.
let’s hope pembangunannya ga molor dari yg di schedule kan! 🙂
Saya juga berharap begitu. Gak ingin spt Juanda & Hasanuddin yang pembangunannya molor. Kabarnya dana sudah dianggarkan sebagian di APBD Bali dan APBN. Kabarnya lagi, Air Asia juga berminat membangun terminal sendiri sebagai bagian strateginya menjadikan Ngurah Rai sebagai hub luar negeri dari Indonesia, salah satunya rencana membuka Bali-Perth.